Sejarah Desa Cemara (Losarang - Indramayu)
Nama Cemara diambil dari nama pohon Cemara, karena daerah
ini dahulunya dijadikan tempat pelabuhan kapal atau perahu nelayan. Pohon
cemara lah yang dijadikan tanda dari laut, karena pohon itu tumbuhnya tinggi
dapat dilihat dari kejauhan atau laut. Sedangkan pohon lain yang banyak tumbuh
didaerah ini kebanyakan pohon bakau atau api – api yang merupakan hutan luas
yang tinggi pohonnya tidak menolak seberapa.
Tanah cemara banyak berrawa – rawa, daerah ini dahulunya
dilalui sungai cimanuk lama, sebelumnya diluruskan leh Belanda. Di Muara ini
para nelayan, membongkar dan memuat barang – barang didagang atau hasil
lainnya. Tempat lain yang dahulunya muara sungai merupakan perbatasan daerah
Sumedang yang sudah jadi daratan akibat penimbunan pasir sungai cimanuk lebih
dari 400 tahun yang lalu. Tetapi nama Pelabuhan masih tetap dipakai, yang
merupakan kampung baru. Daerah Cemara merupakan tanah baru dari pantai yang
menjadi dangkal jadi daratan.
Lebih keselatan lagi tempat dari Pelabuhan yang lama pada
abad ke 17 dan pernah menjadi timbunan balok – balok jati tua, di desa
Pangkalan. Tempat ini ternyata ketika tahun 1970, sungai ini dikeruk oleh kapal
Keruk Prosida mesin kapal keruk tersangkut pada balok balok jati yang masih
utuh, yang berada didasar sungai. Sehingga kapal Keruk itu tidak bisa maju atau
mundur. Malah Embok Magede Taswi dari kampung Waled diminta pertolangannya
untuk menyelamatkan kapal dari kali, bisa meneruskan pekerjaannya lagi. Di
pantai Utara Cemara menjadi tempat perniagaan orang – orang cina yang masih
ramai.
Dipantai Cemara ke utara menjadi perniagaan orang – orang
Cina, yang semakin ramai, sehingga perairan ini terkenal dan dinamakan Laut
atau Teluk Legok Cina. Orang – orang perantauan Cina semakin banyak saja yang
bermukim ditempat ini sampai meluas ke daerah Puntang, yang ternyata ditempat
ini banyak terdapat pekuburan atau Bong Cina. Tetapi waktu zaman pembakaran
diwaktu revolusi kemerdekaan Indonesia, banyak orang Cina yang menyingkir ke
tempat lain, mereka yang merasa bersalah karena melawan kepada perjuangan
bangsa Indonesia. Seperti menjadi mata – mata Belanda yaitu Babah KUM PUL.
Salah satu korban petani nelayan yang meninggal dan terapung
– apung dibawa ombak menepi sampai ke pesisir dikuburkan disana. Keterangannya
mayat yang dikuburkan disana bernama Pangeran Kejoran. Karena mayat datangnya
kambang terapung – apung, makamnya sekarang dinamakan Buyut Kambang atau
Gambang yang berobah menjadi Buyut Gambang saja, sekalian dengan segala
perkakasnya dijadikan satu dalam kuburan seperti senjata tajam keris.
Disebalh tempat ini ke Barat terdapat tanah yang sudah
dibuka oleh Nyi Pombaya atau Pembayun dengan dibantu oleh Nyi Gandasari,
bebedah membuka hutan membuat parit atau sungai, sehingga tempat itu disebut
Buyut Pombaya. Sekarang banyak orang menyepi ditempat Buyut Pombaya malah ada
yang datang dari jauh seperti datang yang berasal dari Majalengka. Suami Nyi
Pombaya ialah Pangeran Grata Kalana, asal dari Cirebon. Nyi Pombaya sendiri
sebenarnya berasal dari Istana istri Sultan Mataram yang dihadiahkan kepada
Pangeran Grata Kalana karena jasanya telah melawan Belanda.
Dikisahkan bahwa Nyi Gandasari datang ke tempat ini tanda
peresmian tanah baru kampung baru Cemara Kulon, Nyi Gandasari datang dengan
memakai payung agung berlapisan emas, memakai gelang emas, konde emas, pokoknya
pakaian serba emas sambil naik kuda datang ke tempat baru. Jalan yang dilalui
Nyi Gandasari dari Cirebon, melalui Luwigede, terus ke daratan Pulau Cemeti
atau Jemeti, dan setelah disampai di Kiajaran Kudanya yang satu berpisah lepas
jadi dua jurusan, yang akhirnya nama ini dinamakan dua nama kampung Kiajaran
Wetan dan Kiajaran Kulon, sedang didaratan tadi pecutnya atau cematinya hilang,
dinamakan menjadi desa Jemeti. Dari sini baru Nyi Gandasari meneruskan ke tanah
Cemara Kulon daerah baru yang dibuka Nyi Pombaya.
Dari Cemara Nyi
Gandasari terus ke Losarang, ke Ranjang, ke Manggungan yang merupakan
perjalanan rutin mengikuti jejak ayahnya Ki Wanakerti dalam rangka
mengembangkan daerah Islam dan terus sampai ke desa Pandawa di Cikedung.
Daftar kepala desa Cemara:
1)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Dasimah tahun 1891.
2)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Marta tahun 1900.
3)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Dasim tahun 1911.
4)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Catimah tahun 1939.
5)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Asma, waktu zaman Jepang
dipilih tahun 1942.
6)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Casyadi tahun 1966.
7)
Yang menjadi kuwu pilihan saudara Didi Humaedi tahun 1980.
Nama – nama kampung di Cemara:
1)
Kampung Cemara Kulon, yang dipisahkan oleh sungai Cemara
atau Cimanuk lama.
2) Kampung Cemara Wetan.
3) Kampung Legok Bong.
Desa Cemara nomor
136, luas areal tanah 1925 Km2. Kerapatan penduduk jiwa grebeg laki – laki
1359, Jiwa grebeg perempuan 1419, angka ini perhitungan tahun 1979.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)