Sejarah Desa Jangga (Losarang - Indramayu)



Kata Jangga diambil dari perkataan Tugel Janggane, yaitu ketika terjadi peristiwa tempat putusnya kepala Nyi Siti Sopiah. Kejadian ini ketika perang Dermayu dengan lawan Sumedang, dalam persoalan pindah patok. Prajurit Sumedang yang kalah perang dengan pasukan Indramayu pulangnya sambil membalas dendam, mereka disepanjang jalan yang kebetulan mereka lalui dan bila kebetulan mendapatkan wanita yang cantik jelita, mereka rebut dan dibawa ke Sumedang untuk dijadikan istrinya, mengingat Dermayu terkenal dengan Endang Darma Ayunya. Seperti halnya gadis – gadis Junti terkenal akan keayuannya.

Diantaranya ada seorang wanita cantik keturunan Cina di Jangga turut dibawa, orang tua Cina mengetahui kejadian ini minta tolong kepada seorang yang berkuasa didaerah ini yaitu Ki Campuh. Dengan kepandaian Ki Campuh, putrid Cina tadi dapat direbutnya kembali bahkan terkenal dengan ilmunya dapat meloloskan diri gendongan kuda pencurinya dengan tidak terasa. Ada lagi wanita pelarian dari Bugid yang bernama Siti Sopiah turut dibawa, tetapi karena ia seorang wanita pejuang yang menentang Belanda, ia melawan dengan sekuat tenaga kepada prajurit Sumedang.

Karena melawan akhirnya Siti Sopiah digantung leh prajurit Sumedang ditarik kekanan dan kekiri, sampai putus lehernya atau tugel janggane. Penduduk setempat melihat kejadian ini, walaupun Siti Soipah tugel janggane ia masih bisa melawan menyerang musuh yang menganiyaya, tetapi Siti Sopiah tetap tidak kuat, akhirnya meninggal ditempat itu dan dimakamkan disana sekarang disebut atau dikenal dengan nama  Buyut Simpruk.

Dari kejadian Siti Sopiah sekarang menjadi sifat dan itikad masyarakat setempat, yaitu bila ada orang jahat masuk didaerah Jangga, pasti akan tertangkap oleh penduduk setempat. Penduduk setempat tanpa menunggu perintah pimpinannya atau kepalanya bersama – sama menangkap penjahat atau musuh yang kebetulan berbuat ditempat ini.

Daerah ini ada tempat yang sekarang masih ada, adalah bekas kantor Demang Belanda mengurus kejadian di Rumah Sakit Hewan. Di tanah kampung Karanganyar dahulunya ada balai – balai musyawarah dan sumur jimat segi empat dan beserta jambangan besar tempat mandi Nyi Muntar, merupakan surau atau masjid yang pertama di Losarang. Barang – barang Ki Muntar masih ada disimpan pada saudara Kurdani, berupa tombak, batu. Sumur jimat ini kepunyaan Ki Muntar dahulunya tempat mengobati rang yang sakit panas, atau orang yang sakit mata.

Bata balai desa Jangga diberi gambar wayang sekotak pada setiap batanya, diatas balai desa Jangga masih ada buku lama dengan paku Masjid Agung yang panjang segi empat. Antara kampung Jumbleng sampai ke Pulau Mas di Cantigi dahulunya ada jalan batu yang korkoras sebagai jalan penghubung waktu itu. Di Jumbleng ada Buyut Cempaka Mulya atau dikenal dengan Buyut Kosambi Doyong yaitu kepala desa Amis yang menyelamatkan diri, waktu perang dengan Ki Kuwu Sangken, karena ia tidak mau di Islamkan, sedang rakyat atau penduduk Amis lari ke hutan Sinang. Disebalah Buyut Cempaka Mulya dan Buyut Perawan yang menguasai daerah ini waktu dahulu.

Daftar kepala desa Jangga:
1)      Kuwu pertama saudara Narsani ditunjuk waktu zaman Demang.
2)     Kuwu kedua saudara Deyo utusan dari Demang.
3)     Kuwu ketiga saudara Tiong utusan dari Demang Belanda.
4)     Kuwu keempat saudara Supi, utusan dari Demang. Jalan Jangga waktu itu memakai bata yang dinjak – injak kerbau dari masyarakat, tempat persinggahan disebut Brak yaitu tempat berhenti atau ganti kuda hela Belanda.
5)     Kuwu kelima saudara Tasmirah.
6)     Kuwu keenam saudara Kasja.
7)     Kuwu ketujuh saudara Suta, sebagai hasil pilihan rakyat.
8)     Kuwu kedelapan saudara Sugra.
9)     Kuwu kesembilan saudara Samad.
10)   Kuwu kesepuluh saudara Suhud.
11)    Kuwu kesebelas saudara Dirja.
12)   Kuwu kedua belas saudara Sanjur.
13)   Kuwu ketiga belas saudara Bandong, waktu itu mulai zaman pemerintahan Jepang.
14)   Kuwu keempat belas saudara Abas.
15)   Kuwu kelima belas ada dua kuwu tandingan, pertama saudara Tasmad yang ditunjuk dari pemerintah kolonial, dan kuwu kedua saudara Sarjin (Rokamba) yang ditunjuk oleh pemerintahan RI tahun 1945.
16)   Kuwu keenam belas saudara Casmad, asal dari pegawai P dan K atau guru
17)   Kuwu ketujuh belas saudara Sontong, seorang ahli kebatinan yang punya batu kuntilanak.
18)   Kuwu kedelapan belas saudara Toyib, tidak lama menjabatnya.
19)   Kuwu kesembilan belas saudara Umar, sebagai pejabat 6 bulan.
20)  Kuwu kedua puluh saudara Aming merupakan pejabat dari Purnawiranwan ABRI.
21)   Kuwu kedua puluh satu saudara Kurdani, sebentar asal dari guru.
22)  Kuwu kedua puluh dua saudara Sapingi sebagai Pejabat dua tahun.
23)  Kuwu kedua puluh tiga saudara Kardina, asal dari kepolisian sejak tahun 1779.

Di desa Jangga terdapat Buyut Campuh yang terkenaldengan Jangga Tua, juga Buyut Sanim seorang ahli kebatinan yang tidak mau mendapat upah bila dikerjakan, terutama ia banyak bekerja dengan bangsa Cina. Juga Buyut Tiwang terdapat disini yang membuka perkampungan Betokan, yang sekarang tanah ini hanya bisa didiami oleh keturunannya saja, dan di kampung Betokan ini dilarang hajatan mengadakan keramaian dengan kesenian wayang kulit. Bila ada orang lain yang bukan keturunannya diam ditempat ini akan mendapat bahaya.

Nama – nama kampung di Jangga:
1)    Kampung Jumbleng, terkenal dengan banyak jambunya yang manis walaupun kecil.
2)   Kampung Betokan, yang hanya dapat didiami khusus oleh keturunannya Buyut Tiwang. Dan keturunannya menganut agama lain dilarang.
3)   Kampung Karang malang, disebelah barat kampung Betokan.
4)   Kampung Karang bong, tempat kuburan Bong Cina.
5)   Kampung Karang kletak, sebelah selatan, waktu perang agama banyak orang meninggal pating geletak ditanah ini.
6)   Kampung Rancaguna, keselatan lagi.
7)   Kampung Kalen waru, sebelah selatan lagi, sekarang menjadi komplek pertamina jalan ke Pegagan dari Jangga.
8)   Kampung Jangga tua, ada Buyut Simpruk dan bekas Rumah Sakit Hewan.
9)   Kampung Karanganyar sebelah barat kampung Jangga tua.
Desa Jangga nomor 134, luas areal tanah 1483 Km2, dengan kerapatan penduduk menurut cacah jiwa tahun 1979, jiwa laki – laki meliputi 2521 jiwa grebeg, dan cacah jiwa perempuan 2207 juwa grebeg.

Comments

Popular Posts