Sejarah Desa Puntang (Losarang - Indramayu)
Nama desa Puntang diambil dari kata asal Muntang dari bahasa
Sunda Majalengka, dari kata kerja muntang gayot. Desa Puntang pertama kalinya
disebut desa Muntang, diambil dali acara mengerjakannya, berubah menjadi kata
Puntang dari kata nama pekerjaannya. Nama ini terjadi sekitar abad 16. Jauh
sebelum itu daerah ini didiami oleh bangsa pedagang Cina pendatang baru yang
bernama Nyi PO AH, yang mendiami tanah ditengah – tengah desa ini sehingga
tempat ini disebut Buyut Puser, artinya tengah atau pusat desa.
Pedatang pedagang Cina yang kedua yang menjadi penduduk ini
yaitu NYI ANCANG, tempatnya dekat Buyut Santri. Rumah – rumah bekas Cina sampai
sekarang masih ada seperti conthnya didekat balai desa Jangga saudara SUN HOK
dan lain – lain. Setelah itu datanglah tiga (3) orang bersaudara yang berasal
dari Majalengka, yaitu :
1. Raden Santri, karena waktu meninggal
malamnya mengeluarkan cahaya seperti petromak yang ngeramat, disebut Buyut
Kramat.
2. Raden Kelud sebagai pawongan Ki
Sukaraja.
3. Ki Sukaraja orang yang dipercaya
membawa pusaka raja.
Pusaka raja ini
selama masih melaksanakan Tapa Brata dilarang lepas dari tangannya, apa lagi
bila diletakan ditanah. Sedang Tapa Bratanya harus dengan istirahat Muntang
Gayot. Ki Sukaraja dan saudara – saudaranya belum selesai melaksanakan tapa
bratanya, karena itu mereka tetap meneruskan perjalanannya sambil membawa
pusaka raja itu. Ketiga orang itu merantau dari desa Sukaraja Jatiwangi,
berlayar dengan perahunya menyelusuri kali
Dolop atau Boros ke kali Betokan, terus ke kali Cidengirul dan kali
pangkalan. Waktu itu pangkalan, mandor pangkalan mengadakan pemeriksaan di blok
Bandar dan tempat sekarang perahunya diberhentikan karena disangka pasukan
musuh yang akan mengadakan perlawanan terhadap Belanda V.O.C. waktu itu memang
didaerah ini ada perlawanan menentang atau pemberontakan kepada Belanda.
Setelah selesai
diperiksa tidak terdapat tanda – tanda menunjukan musuh Belanda. Ki Sukaraa
orang yang senang akan Kembang Cempaka Putih yang merupakan jimat
kesayangannya, meneruskan perjalanan ke Cemara, dari sini karena tidak
mendapatkan tempat yang diinginkan ia minta meneruskan perjalanannya kesebalah
barat dan akhirnya sampailah dimuara Jarong, tetapi tempat ini belum diterima
yang pantas untuk dijadikan tempat istirahat dalam bertapa. Barulah setelah
sampai ditempat NYI PO AH ditengah – tengah desa, Ki Sukaraja tertarik dan
jatuh cinta pada NYI PO AH.
Ditempat ini ada
pasukan tentara prajurit Mataram yang sedang melawan Belanda, mereka ikut
membantu dan Ki Sukaraja sebagai pemimpinya. Ki Sukaraja sebagai pemimpin
menyuruh kepada pasukannya bila siang hari menyerbu kompeni Belanda dengan
taktik bergerilya, dan kalau malam hari bersembunyi tidur diatas pohon yang
rindang, tidur bergantungan dengan sarung dikaitkan seperti halnya binatang
Kalong muntang gayot daam bahasa sunda Majalengka dalam menyelamatkan diri,
sehingga bila ada kompeni tidak diketahui jejaknya. Demikian seluruh pasukannya
diperintahkan.
Maka akhirnya tempat
ini terkenal disebut tempat Muntang yang lama kelamaan menjadi desa Muntang dan
seterusnya sebutan itu berubah lagi menjadi desa Puntang samapi sekarang. Waktu
Ki Sukaraja melakukan Muntang untuk istirahat pusaka raja yang berupa keris,
pusak keris karena lelahnya ia lupa pusaka diletakkan dibawah atau tanah, ia
lupa akan larangan itu, yang sebenarnya tidak boleh lepas dari tangannya ini
malah diletakkan diatas tanah. Karena melanggar perjanjian gurunya pusaka raja
mendadak hilang lenyap tanpa krana. Selesai muntang Ki Sukaraja baru ingat
melihat pusakanya telah hilang, ia menyangka pasti ada yang mengambil, dan yang
mengambilnya adalah pasti saudaranya sendiri yaitu Ki Santri, karena Ki Santri
sejak keberangkatan dari tempat asalnya selalu menginginkan pusaka tersebut
dari dahulu.
Dengan demikian ia
segera datang dimana kakaknya, yang tidak jauh dari tempat persembunyiannya.
Kebetulan lagi waktu itu Ki Santri kepergok sedang mendekati NYI PO AH, sebagai
kekasih Ki Sukaraja. Dengan tidak dipikir lagi, yang disertai hati cemburu, Ki
Sukaraja langsung menuduh dan sekaligus membunuhnya. Karena Ki Santri tetap
dalam pangkuannya tidak mengambil pusaka raja apa lagi menyembunyikannya dan
tidak bermaksud pula mengkhianati kekasihnya.
Ki Santri sebelum menghembuskan napas, ia berkata kalau saya
salah dalam pekuburan saya tidak terjadi apa – apa, tetapi bila saya benar
lihatlah dipekuburan saya akan timbul cahaya, yang menunjukan bahwa Ki Santri
yang benar. Dan besuk pejabat desa Puntang bakal ada huru hara akibat hanya
persoalan perempuan saja. Benarlah malamnya di pekuburan Ki Santri keluar
cahaya seperti patromak yang menunjukan bahwa Ki Santri ada dipihak yang benar,
karena kebenaran ini cahaya yang ngeramat, akhirnya pekuburan Ki Santri disebut
Buyut Kramat. Sedang Ki Sukaraja merasa keduhung atau kecewa karena telah
menganiyaya saudaranya yang tidak bersalah dan ia sendiri telah melanggar janji
perintah gurunya, ia pergi ke tempat semula dan meninggal disebelah Buyut
Tingkem, dimana pusaka raja hilang. Sampai sekarang dari desa Sukaraja
Jatiwangi suka datang ke Puntang untuk memperingati peristiwa itu sambil
membawa kembang kesukaannya cempaka putih.
Daftar kepala desa Puntang:
1. Yang menjadi kuwu pertama saudara Gope.
2. Yang menjadi kuwu kedua saudara
Sarmita.
3. Yang menjadi kuwu ketiga saudara
Brangsong.
4. Yang menjadi kuwu keempat saudara
Sarban.
5. Yang menjadi kuwu kelima saudara
Duriman.
6. Yang menjadi kuwu keenam saudara Disem.
7. Yang menjadi kuwu ketujuh saudara
Sruwet.
8. Yang menjadi kuwu kedelapan saudara
Sangur.
9. Yang menjadi kuwu kesembilan saudara
Dayat sejak tahun 1945.
10. Yang menjadi kuwu kesepuluh saudara
Durajak.
11. Yang menjadi kuwu kesebelas saudara
Takisem Dirman.
12. Yang menjadi kuwu keduabelas saudara
Slamet Yuwono asal dari Guru.
13. Yang menjadi kuwu ketigabelas saudara
Sukaca sejak tahun 1978 dari anggota POLRI.
Nama kampung di desa Puntang:
1. Kampung Lobak Dalem atau Blok Sarban.
2. Kampung Lobak Tengah atau Blok Sarnita.
3. Kampung Lobak Kulon atau Blok Garam.
4. Kampung Lobak Wetan atau Blok Balai
Desa.
5. Kampung Darim, jalan ke Karanganyar
Krimun ditengah sawah.
Sumbernya dari mana sis?
ReplyDeleteKritik untuk penulis blog-nya, tulisan ini bagus, namun sebaiknya dicantumkan referensi dan sumbernya.. dan tulisan ini bukan masuk dalam kategori "Sejarah", karena sejarah dapat di pertanggungjawabkan, baik secara riset dan bukti-bukti pendukung yang otentik, sejarah tidak mengenal cerita orang bisa menghilang, kuburan bercahaya dsb, berbeda dengan legenda, cerita rakyat, mitos dsb.
ReplyDeleteYa... Bener..
ReplyDelete