Analisis Kompetensi Menyimak Diri Sendiri Berdasarkan Penilaian Secara Subjektif



Analisis Kompetensi Menyimak Diri Sendiri Berdasarkan Penilaian Secara Subjektif
diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menyimak
Dosen pengampu:  Drs. Syarief Muhtar

oleh :
Melyah Dwi Lestari 
NPM. 882010114043


                                  


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2015




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 
Kemajuan teknologi dan komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio, televisi, maupun internet semakin gencar. Sebagian besar kegiatan menuntut manusia untuk terampil menyimak. Jadi manusia harus paham betul makna, tujuan serta peran menyimak dan harus memiliki keterampilan dalam menyimak karena melalui aktivitas menyimak manusia dapat mengerti, memahami, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

 Tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita telah melakukan aktivitas menyimak, dan waktu kita lebih lama digunakan untuk menyimak daripada berbicara. Besarnya peranan menyimak dalam aspek keterampilan berbahasa yang lainnya mempengaruhi kegiatan manusia untuk melakukan keterampilan berbahasa yang lainnya. Begitu juga yang terjadi dalam bangku perkuliahan. Mahasiswa dituntut menjadi penyimak yang baik atau ideal agar hasil yang didapatkan dalam perkuliahan bisa dicerna atau dipahami dengan maksimal.

            Seseorang dapat dikatakan  penyimak yang ideal apabila ia telah memenuhi ciri khusus yang merujuk pada ciri penyimak ideal. Diantara ciri-ciri tersebut adalah sehat fisik dan mental, konsentrasi, motivasi, objektif, menyeluruh, menghargai pembicara, selektif, sungguh-sungguh, tidak mudah terpengaruh, cepat menyesuaikan diri, kenal arah, ada kontak dengan pembicara, merangkum, menilai, dan merespon. Selain itu, dalam kegiatan menyimak ada beberapa tahapan, seperti menangkap bunyi ujaran, memahamiisi, memverifikasi, mengevaluasi, dan merespon. Apabila telah memenuhi ciri-ciri yang telah disebutkan tadi dengan baik barulah seseorang dapat dikatakan sebagai penyimak yang ideal.

Tetapi sebelum seseorang dapat dikatakan sebagai penyimak ideal, ia harus mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihannya terlebih dahulu dalam menyimak. Untuk mengetahui hal tersebut, akhirnya saya melakukan penelitian mengenai kompetensi menyimak dalam diri saya sendiri dalam makalah yang berjudul “Analisis Kompetensi Menyimak Diri Sendiri Berdasarkan Penilaian Secara Subjektif ”. Hal tersebut akan dibahas secara lebih mendalam pada bab berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana ciri-ciri penyimak ideal?
  2. Dimana letak kelemahan dan kelebihan saya dalam menyimak?
  3. Berapa nilai rata-rata kemampuan menyimak saya?
  4. Bagaimana cara mengatasi kelemahan saya dalam menyimak?
5.      Bagaimana cara meningkatkan daya simak dalam diri saya? 

1.3 Tujuan
1.      Mengetahui ciri-ciri penyimak ideal
2.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan saya dalam menyimak
3.      Mengetahui nilai rata-rata kemampuan saya menyimak
4.      Mengetahui cara mengatasi kelemahan-kelemahan saya dalam menyimak
5.      Mengetahui cara meningkatkan daya simak dalam diri saya

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, yaitu agar makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada diri mereka, sehingga diharapkan dapat menjadi penyimak ideal.





BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Menyimak
Istilah mendengarkan, mendengar, dan menyimak sering kita jumpai dalam pengajaran bahasa, terutama dalam pengajaran keterampilan berbahasa. Ada yang menganggap mendengarkan dan mendengar sama dengan menyimak. Sebenarnya mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Karena dalam peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan tetapi dalam peristiwa mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan.  Dari ketiga istilah, mendengar, mendengarkan, dan menyimak, taraf tertinggi pada istilah menyimak. Karena dalam menyimak sudah ada unsur kesengajaan, pemahaman, perhatian, dan penilaian. Apabila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka mendengar maupun mendengarkan sudah termasuk dalam menyimak.Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui rekaman, radio, atau televisi. Kemudian bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasikan bunyinya, pengelompokannya menjadi suku kata, kata, klausa, kalimat, dan wacana. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasi maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai, selanjutnya diambil keputusan menerima atau menolaknya.Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati isi pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

2.2 Tujuan Menyimak
Tujuan Menyimak Secara umum tujuan menyimak adalah menangkap dan memahami pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Adapun salah satu klasifikasi tujuan menyimak antara lain:
§  Mendapatkan fakta.        
§  Menganalisis fakta.        
§  Mengevaluasi fakta.          
§  Mendapatkan inspirasi.          
§  Menghibur diri.
§  Meningkatkan kemampuan bicara.
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat terwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga dan percakapan dengan tetangga. Di samping tujuan yang disebutkan di atas tujuan menyimak ialah untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini pembicara memperhatikan seorang pembicara pada segi:
§  Cara mengorganisasikan bahan pembicaraan.
§  Cara penyampaian bahan pembicaraan.
§  Cara memikat perhatian pendengar.
§  Cara mengarahkan perhatian pendengar
§  Cara menggunakan alat-alat bantu.
§  Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan. 

2.3 Proses dan Tahap-Tahap Menyimak           
Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
a)      Tahap mendengar (hearing); dalam tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujarannya.
b)      Tahap memahami (understanding); setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti isi ujaran sang pembicara.
c)      Tahap menafsirkan (interpreting); penyimak yang baik belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang ada dalam ujaran sang pembicara.
d)     Tahap menilai (evaluating); pada tahap ini sang penyimak mulai menilai ujaran sang pembicara, dimana kelebihan dan kekurangannya.
e)      Tahap menanggapi (responding); merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara.

Sedangkan menurut Ruth G. Stricland, ada sembilan tahapan menyimak, yaitu:
a)      Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
b)      Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
c)      Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati anak.
d)     Menyimak serapan karena anak keasikan menyerap hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
e)      Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang di simak, karena perhatiannya terganggu oleh keasikan lain dan hanya mendengarkan hal-hal yang menarik saja.
f)       Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap pesan yang di sampaikan pembicara.
g)      Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan memberi komentar maupun pertanyaan.
h)      Menyimak secara seksama, mengikuti jalan pikiran pembicara dengan sungguh-sungguh.
i)        Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan pembicara.

2.4 Jenis-Jenis Menyimak
Secara garis besar, Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni: (1) menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.
      1.   Menyimak ekstensif (extensive listening)
            Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif meliputi:
a)      Menyimak social
b)      Menyimak sekunder
c)      Menyimak estetik
d)     Menyimak Pasif

      2.   Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Ciri-ciri menyimak intensif adalah:
a)   Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman
b)   Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi
c)   Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal
d)   Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Menyimak intensif meliputi:
1.      Menyimak kritis
2.      Menyimak introgatif
3.      Menyimak eksploratif
4.      Menyimak kreatif
5.      Menyimak konsentratif
6.      Menyimak selektif

2.5 Ciri-Ciri Penyimak Ideal            
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang ideal. Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya.
Ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.

1.      Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih
2.      Berkonsentrasi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannya kepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.
3.      Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatu, mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak dalam menyimak.

4.      Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang tidak berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
5.      Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.

6.      Menghargai pembicara
      Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.

7.      Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan dan diingat. Tidak semua bahan yang diterima ditelan mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.

8.      Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.

9.      Tidak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.

10.  Cepat menyesuaikan diri
      Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.

11.  Kenal arah pembicaraan
      Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.

12.  Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.

13.  Merangkum
      Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.

14.  Mengevaluasi
      Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dengan pengetahuan dan pengalamannya.

15.  Merespon
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapan penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengangguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.

2.6 Duga Daya Simak
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disebut secara bebas menjadi duga daya simak diri. Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai daya simak. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.
Berikut pertanyaan duga daya simak diri :
1.      Siapkah saya untuk menyimak? Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dan strategis sehingga saya dapat melihat dan mendengarkan si pembicara? Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?
2.      Berkonsentrasikah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan? Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?
3.      Siapkah saya memikirkan topik pembicaraan dan menghubungkannya dengan pengetahuan? Siapkah saya mengenai hal itu?
4.      Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?
5.      Siapkah saya memulai menyimak?
6.      Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?
7.      Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?
8.      Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?
9.      Dapatkah saya manfaatkan petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama, yang terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide dalam pikiran saya?
10.  Setelah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?
11.  Sesuaikah pengetahuan baru (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara.





BAB III
HASIL ANALISIS

3.1 Tabel Hasil Analisis

No.

Ciri Penyimak Ideal
Taraf Menyimak

Jumlah
1
2
3
4
1.
Siap fisik dan mental



4
4
2.
Konsentrasi


3

3
3.
Motivasi



4
4
4.
Objektif



4
4
5.
Menyeluruh

2


2
6.
Menghargai


3

3
7.
Selektif

2


2
8.
Sungguh-sungguh



4
4
9.
Tidak mudah terpengaruh
1



1
10.
Cepat menyesuaikan diri


3

3
11.
Kenal arah

2


2
12.
Kontak dengan pembicara



4
4
13.
Merangkum

2


2
14.
Mengevaluasi

2


2
15.
Merespon


3

3
Jumlah
1
10
12
20
43

Keterangan :
(1)   = Kurang ( ≤ 25% )
(2)   = Sedang ( ≤ 50% )
(3)   = Baik ( ≤ 75% )
(4)   = Sangat baik ( ≤ 100% )

3.2. Analisis Data
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa:
Jumlah keseluruhan = 43
Dengan demikian,jumlah nilai saat menyimak yang ada pada diri saya adalah 43 poin dari nilai sempurna yaitu 60 poin.
Jumlah nilai saat saya menyimak =    43  = 0,71 = 71 %
Jumlah nilai sempurna             60


 
Jumlah nilai saat saya menyimak =  43 = 0,71 = 71%
          Jumlah nilai sempurna              60

Dengan kata lain, saya mendapatkan level nilai B.

Nilai itu diperoleh dari salah satu level nilai yang ada, yaitu A,B,C, dan D. Penilaian tersebut berdasarkan selisih 25 poin dari level tertinggi hingga level terendah.
Untuk mengetahui lebih jelas berada pada level mana kemampuan menyimak pada diri saya, maka dapat dilihat pada able berikut ini:

Level nilai kemampuan menyimak
Nilai
Kemampuan
A
≤ 100
B
≤ 75
C
≤ 50
D
≤ 25
 
                  Keterangan:
                  1)  A (75-100%) berarti “Sangat Baik”
2)  B (50-75%)   berarti “Baik”
3)  C (25-50%)   berarti “Sedang”
4)  D (0-25%)     berarti “Kurang”


3.3  Menghitung Rata-rata

Jumlah Kemampuan = 43  = 0,72 = 72 %
                                     60
A. Berdasarkan kemampuan



B. Berdasarkan kelemahan

Jumlah Kelemahan =  17  = 0,28 = 28%
                                    60

                                                                                                                                                                                                                                                                      

                                                                                                                                                 
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kemampuan dan Kelemahan Dalam Duga Daya Simak Diri
Berdasarkan data tabel duga daya simak diri, maka dapat diketahui bahwa saya memiliki kekuatan dengan urutan peringkat sebagai berikut:
1)      Sehat fisik dan mental
2)      Motivasi
3)      Objektif
4)      Sungguh-sungguh
5)      Kontak dengan pembicara
6)      Konsentrasi
7)      Menghargai
8)      Cepat menyesuaikan diri
9)      Merespon
Sedangkan urutan peringkat kelemahan saya terletak pada:
1)      Menyeluruh
2)      Selektif
3)      Kenal arah
4)      Merangkum
5)      Mengevaluasi
6)      Tidak mudah terpengaruh
4.2 Perbaikan Diri
Untuk menjadi penyimak ideal diperlukan beberapa kriteria dimana satu dengan yang lainnya harus saling mendukung. Kelemahan yang paling dominan pada diri saya yaitu Menyeluruh, Selektif, Kenal arah, Merangkum, Mengevaluasi dan Tidak mudah terpengaruh (mudah terpengaruh).
Setelah melakukan analisis terhadap tingkat dan letak kelemahan saya dalam menyimak, maka yang dapat saya lakukan untuk mengatasi kelemahan saya pada tingkat :
1.      Menyeluruh : Harus memperhatikan bahan pembicaraan ketika sedang menyimak dan sebisa mungkin untuk fokus, agar apa yang disimak bisa dipahami secara menyeluruh. Tidak terputus-putus.
2.      Selektif : Memilah-milah bagian mana yang harus diingat dan bagian mana saja yang hanya untuk didengar.
3.      Kenal Arah : Selalu mencoba fokus akan alur pembicaraan yang sedang disimak.
4.      Merangkum : Harus mengetahui inti atau pokok pembicaraan yang sedang disimak dan dibahas untuk nantinya dilanjutkan dengan tahap mengevaluasi.
5.      Mengevaluasi : Harus dapat menyimpulkan dan merangkum terlebih dahulu tentang bahan simakan, baru kemudian saya dapat mengevaluasi bahan simakan tersebut dengan baik
6.      Tidak mudah terpengaruh : Meningkatkan konsentrasi pada sesuatu yang sedang disimak, sehingga meminimalisir kemungkinan gangguan yang terjadi di sekitar saya pada saat kegiatan menyimak.
Hal terpenting yang harus digaris bawahi yaitu cara yang paling tepat untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada adalah dengan terus berlatih dalam kegiatan menyimak dimanapun saya berada.
4.3 Cara Meningkatkan Daya Simak
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut adalah:
(1) simak-ulang ucap
(2) identifikasi kata kunci
(3) parafrase
(4) merangkum
(5) menjawab pertanyaan.

Menjadi pendengar atau penyimak yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langkah terpenting pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa menyimak seseorang berbicara adalah suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan berkomunikasi yang lain seperti: berbicara, menulis dan membaca.

Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat kita menyimak seseorang berbicara :
1.      Mencoba memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara
Seorang penyimak yang baik selalu mencoba untuk memahami intisari dari suatu pesan. Jangan mendengar secara masuk telinga kanan keluar telinga kiri atau sebaliknya. Dari pembicaraan yang panjang lebar, tentu terdapat pokok pikirannya. Peganglah pokok pikiran itu, niscaya Anda tahu maksud pembicara. Hal ini mungkin sulit dilakukan pertama kali. Karena itu, kita memang perlu latihan berkonsentasi mendengarkan orang yang berbicara tanpa melakukan hal lain yang mengganggu konsentrasi kita.

2.      Hindari gangguan dari lingkungan sekitar
Penyimak yang baik selalu mencoba untuk memfokuskan diri pada pembicara. Mencoba mendengarkan pendapat teman ketika rapat sebagai contoh, tanpa terpengaruh oleh sinyal SMS, dering telepon, orang yang berlalu lalang, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk pembicaraan yang serius, faktor lingkungan perlu diperhatikan.

3.      Mencoba untuk mengendalikan emosi
Penyimak yang baik selalu mencoba untuk mengesampingkan emosi, sehingga ia dapat menerima pembicaraan dengan jernih. Penyimak yang baik juga selalu mencoba untuk memahami pembicara tanpa membuat penilaian pribadi atas pembicara. Memang kadang ada kata-kata yang keliru dari pembicara yang perlu diluruskan. Namun pelurusannya pun harus dengan ilmu. Nasehat hendaknya disampaikan setelah pembicara rampung berkata-kata. Itu pun disampaikan secara empat mata tidak di depan audiens yang lain.

4.      Membuat catatan jelas dan singkat
Buatlah catatan kecil tanpa mengurangi konsentrasi kita pada saat menyimak. Harap diingat kita tidak dapat mengerjakan dua tugas sekaligus tanpa mengurangi keefektifan salah satu di antaranya. Jadi ini harus dilakukan dengan ekstra konsentrasi.

5.      Mencoba untuk bersikap empati
Mencoba untuk menghargai posisi pembicara, sehingga kita terhindar dari mendengar apa yang hanya mau kita dengar saja.

6.      Memperhatikan komunikasi non verbal
Tataplah lawan bicara, dan perhatikan bahasa tubuh mereka. Seringkali terjadi pemahaman akan suatu informasi lebih bisa kita pahami dengan memperhatikan raut muka dan gerak tubuh lawan bicara. Dan sebagai penyimak, kita pun harus memperhatikan bahasa tubuh yang kita tampilkan, seperti posisi duduk, raut muka, anggukan kepala dan sebagainya.

7.      Mendengarkan dengan selektif
Seringkali dalam suatu pembicaraan, pembicara memberikan informasi-informasi yang penting. Kadang informasi tersebut tersembunyi di dalam konteks pembicaraan. Kita diharapkan dapat memilah-milah informasi tersebut untuk mendapatkan yang kita butuhkan.

8.      Bertanya pada tempatnya
Tunda dahulu pertanyaan dan gagasan yang ingin disampaikan sampai pembicara selesai. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas maksud pembicara.

9.      Buatlah kesimpulan atas apa yang menjadi inti pembicaraan
Dengan mencoba menangkap intisari pembicaraan diharapkan kita dapat memahami permasalahan dengan kata kita sendiri. Cobalah ramu kembali apa yang pembicara sampaikan dengan kata-kata sendiri. Ini akan melatih untuk mengambil kesimpulan dengan baik.

10.  Memberikan umpan balik
Memberikan umpan balik kepada pembicara sehingga dapat menjadi ukuran sejauh mana dapat memahami topik yang dibicarakan.

4.4 Mengatasi Kelemahan dalam Menyimak
Mengatasi masalah kelemahan menyimak yang terdapat dalam diri, saya mencoba berusaha agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Berikut cara-cara yang saya tempuh agar dapat memaksimalkan atau mengatasi kelemahan yang ada pada diri :
1.      Ketika mengikuti perkuliahan, saya harus terfokus pada pembicara agar materi yang disampaikan bisa saya pahami secara menyeluruh.
2.      Saat saya mengikuti perkuliahan, sebisa mungkin saya memilah-milah bagian mana yang harus saya simak kemudian saya ingat sebagai inti pembahasan, dan bagian mana saja yang dijadikan sebagai pelengkap inti. Artinya saya harus berlatih selektif dalam menyimak.
3.      Ketika mengikuti perkuliahan, saya mencoba mengikuti apa yang hendak pembicara jelaskan. Mengenai apa dan dibawa kemana inti pembicaraan tersebut. Dengan kata lain, saya belajar mengenal arah pembicaraan.
4.      Baik dalam diskusi di perkuliahan atau di luar perkuliahan saya mencoba memahami keseluruhan pembahasan, agar nantinya saya dapat merangkum mana yang dijadikan sebagai inti pembahasan yang menentukan topik apa yang sedang dibahas untuk kemudian disampaikan kembali berupa informasi.
5.      Kegiatan mengevaluasi tentunya dilakukan setelah kita dapat memahami dan merangkum terlebih dahulu. Agar bisa menilai mana simakan yang bermanfaat dan mudah untuk diingat.
6.      Agar meminimalisir gangguan yang bisa menggagalkan saya dalam menyimak, saya berusaha untuk acuh pada sekitar yang sekiranya dapat mengalihkan perhatian saya dari bahan simakan. Sikap fokus terhadap apa yang disimak penting untuk ditingkatkan agar tidak mudah terpengaruh.
Disadari atau tidak, upaya tersebut setidaknya banyak meningkatkan kemampuan saya sebagai penyimak ideal dalam kegiatan menyimak.





BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan berbagai data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa letak kekuatan saya dalam menyimak yaitu sikap fisik dan mental, motivasi, objektif, sungguh-sungguh, kontak dengan pembicara, konsentrasi, menghargai, cepat menyesuaikan diri, dan merespon.
Sedangkan letak kelemahan saya dalam menyimak yaitu menyeluruh, selektif, kenal arah, merangkum, mengevaluasi, dan tidak mudah terpengaruh.
Berdasarkan level peringkat kemampuan menyimak, saya terletak pada level B, artinya Baik dengan perolehan nilai 72.
4.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganggap perlu menyampaikan saran, diantaranya adalah :
1.      Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih sering berlatih menyimak di mana pun berada. Memahami materi dalam makalah ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari mata kuliah Menyimak.
2.      Penulis mengharapkan agar pembaca lebih sering menyimak berbagai informasi untuk menambah wawasan dan skemata yang dimiliki.
3.      Penulis mengharapkan agar dalam pembicaraan atau diskusi, pembaca tidak melihat siapa yang berbicara,melainkan harus melihat dari sisi apa yang ia bicarakan. 
4.      Penulis mengharapkan agar pembaca lebih sering berlatih untuk meningkatkan kemampuan menyimaknya. Dengan tujuan agar menjadi penyimak ideal.





 DAFTAR PUSTAKA
Tarigan , Henry Guntur. 1987. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry G. 2008. Menyimak. Bandung : Angkasa


Comments

Post a Comment

Popular Posts