Analisis Kompetensi Menyimak Diri Sendiri Berdasarkan Penilaian Secara Subjektif
Analisis
Kompetensi Menyimak Diri Sendiri Berdasarkan Penilaian Secara Subjektif
diajukan
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menyimak
Dosen
pengampu: Drs. Syarief Muhtar
oleh :
Melyah
Dwi Lestari
NPM.
882010114043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemajuan
teknologi dan komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio, televisi,
maupun internet semakin gencar. Sebagian besar kegiatan menuntut manusia untuk
terampil menyimak. Jadi manusia harus paham betul makna, tujuan serta peran
menyimak dan harus memiliki keterampilan dalam menyimak karena melalui
aktivitas menyimak manusia dapat mengerti, memahami, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita telah melakukan aktivitas menyimak, dan waktu kita lebih lama digunakan untuk menyimak daripada berbicara. Besarnya peranan menyimak dalam aspek keterampilan berbahasa yang lainnya mempengaruhi kegiatan manusia untuk melakukan keterampilan berbahasa yang lainnya. Begitu juga yang terjadi dalam bangku perkuliahan. Mahasiswa dituntut menjadi penyimak yang baik atau ideal agar hasil yang didapatkan dalam perkuliahan bisa dicerna atau dipahami dengan maksimal.
Seseorang dapat dikatakan penyimak yang ideal apabila ia telah memenuhi ciri khusus yang merujuk pada ciri penyimak ideal. Diantara ciri-ciri tersebut adalah sehat fisik dan mental, konsentrasi, motivasi, objektif, menyeluruh, menghargai pembicara, selektif, sungguh-sungguh, tidak mudah terpengaruh, cepat menyesuaikan diri, kenal arah, ada kontak dengan pembicara, merangkum, menilai, dan merespon. Selain itu, dalam kegiatan menyimak ada beberapa tahapan, seperti menangkap bunyi ujaran, memahamiisi, memverifikasi, mengevaluasi, dan merespon. Apabila telah memenuhi ciri-ciri yang telah disebutkan tadi dengan baik barulah seseorang dapat dikatakan sebagai penyimak yang ideal.
Tetapi sebelum seseorang dapat dikatakan sebagai
penyimak ideal, ia harus mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihannya terlebih
dahulu dalam menyimak. Untuk mengetahui hal tersebut, akhirnya saya
melakukan penelitian mengenai kompetensi menyimak dalam diri saya sendiri dalam
makalah yang berjudul “Analisis Kompetensi Menyimak Diri Sendiri Berdasarkan
Penilaian Secara Subjektif ”. Hal tersebut akan dibahas secara lebih mendalam
pada bab berikutnya.
1.2
Rumusan Masalah
- Bagaimana ciri-ciri penyimak ideal?
- Dimana letak kelemahan dan kelebihan saya dalam menyimak?
- Berapa nilai rata-rata kemampuan menyimak saya?
- Bagaimana cara mengatasi kelemahan saya dalam menyimak?
5. Bagaimana
cara meningkatkan daya simak dalam diri saya?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui ciri-ciri penyimak
ideal
2. Mengetahui
kelemahan dan kelebihan saya dalam menyimak
3. Mengetahui
nilai rata-rata kemampuan saya menyimak
4.
Mengetahui cara mengatasi kelemahan-kelemahan
saya dalam menyimak
5.
Mengetahui cara meningkatkan daya
simak dalam diri saya
1.4
Manfaat
Berdasarkan tujuan
penulisan makalah ini, maka penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, yaitu agar makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak pada diri mereka, sehingga diharapkan dapat
menjadi penyimak ideal.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Hakikat Menyimak
Istilah
mendengarkan, mendengar, dan menyimak sering kita jumpai dalam pengajaran
bahasa, terutama dalam pengajaran keterampilan berbahasa. Ada yang menganggap
mendengarkan dan mendengar sama dengan menyimak. Sebenarnya mendengarkan
setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Karena dalam peristiwa
mendengar belum ada faktor kesengajaan tetapi dalam peristiwa mendengarkan
sudah ada unsur kesengajaan. Dari ketiga istilah, mendengar,
mendengarkan, dan menyimak, taraf tertinggi pada istilah menyimak. Karena dalam
menyimak sudah ada unsur kesengajaan, pemahaman, perhatian, dan penilaian.
Apabila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka mendengar maupun
mendengarkan sudah termasuk dalam menyimak.Peristiwa menyimak selalu diawali
dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui rekaman,
radio, atau televisi. Kemudian bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga
diidentifikasikan bunyinya, pengelompokannya menjadi suku kata, kata, klausa,
kalimat, dan wacana. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasi
maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai, selanjutnya diambil keputusan
menerima atau menolaknya.Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai
bunyi bahasa yang disimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan
memahami isi bahan simakan. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak
adalah menangkap, memahami, atau menghayati isi pesan, ide, gagasan yang
tersirat dalam bahan simakan.
2.2 Tujuan Menyimak
Tujuan
Menyimak Secara umum tujuan menyimak adalah menangkap dan memahami pesan, ide,
gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Adapun salah satu klasifikasi tujuan
menyimak antara lain:
§
Mendapatkan
fakta.
§
Menganalisis
fakta.
§
Mengevaluasi
fakta.
§
Mendapatkan
inspirasi.
§
Menghibur diri.
§
Meningkatkan kemampuan bicara.
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat terwujud dalam
berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah
dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga dan percakapan dengan
tetangga. Di samping tujuan yang disebutkan di atas tujuan menyimak ialah untuk
meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini pembicara memperhatikan
seorang pembicara pada segi:
§
Cara mengorganisasikan bahan
pembicaraan.
§
Cara penyampaian bahan
pembicaraan.
§
Cara memikat perhatian pendengar.
§
Cara mengarahkan perhatian
pendengar
§
Cara menggunakan alat-alat bantu.
§
Cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan.
2.3 Proses dan
Tahap-Tahap
Menyimak
Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai
berikut:
a) Tahap
mendengar (hearing); dalam tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujarannya.
b)
Tahap memahami (understanding);
setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti isi ujaran sang pembicara.
c)
Tahap menafsirkan (interpreting);
penyimak yang baik belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran
sang pembicara, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang ada dalam
ujaran sang pembicara.
d)
Tahap menilai (evaluating); pada
tahap ini sang penyimak mulai menilai ujaran sang pembicara, dimana kelebihan
dan kekurangannya.
e)
Tahap menanggapi (responding);
merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut,
mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang
pembicara.
Sedangkan
menurut Ruth G. Stricland, ada sembilan tahapan menyimak, yaitu:
a)
Menyimak berkala, yang terjadi
pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai
dirinya.
b)
Menyimak dengan perhatian dangkal,
karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian
kepada hal-hal di luar pembicaraan.
c)
Setengah menyimak karena terganggu
oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati anak.
d)
Menyimak serapan karena anak
keasikan menyerap hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif
yang sesungguhnya.
e)
Menyimak sekali-sekali, menyimpan
sebentar-sebentar apa yang di simak, karena perhatiannya terganggu oleh
keasikan lain dan hanya mendengarkan hal-hal yang menarik saja.
f)
Menyimak asosiatif; hanya
mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan
penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap pesan yang di sampaikan
pembicara.
g)
Menyimak dengan reaksi berkala
terhadap pembicara dengan memberi komentar maupun pertanyaan.
h)
Menyimak secara seksama, mengikuti
jalan pikiran pembicara dengan sungguh-sungguh.
i)
Menyimak secara aktif untuk
mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan pembicara.
2.4 Jenis-Jenis
Menyimak
Secara garis besar, Tarigan (1983;22) membagi menyimak
menjadi dua jenis yakni: (1) menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.
1. Menyimak
ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan
menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak
hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif meliputi:
a) Menyimak
social
b) Menyimak
sekunder
c) Menyimak
estetik
d) Menyimak
Pasif
2. Menyimak intensif
Menyimak
intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Ciri-ciri
menyimak intensif adalah:
a) Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman
b) Menyimak intensif memerluhan konsentrasi
tinggi
c) Menyimak intensif ialah memahami bahasa
formal
d) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi
bahan simakan
Menyimak
intensif meliputi:
1.
Menyimak kritis
2. Menyimak
introgatif
3. Menyimak
eksploratif
4. Menyimak
kreatif
5. Menyimak
konsentratif
6.
Menyimak selektif
2.5 Ciri-Ciri Penyimak Ideal
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya
diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain
penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang
dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang ideal. Penyimak yang
baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan
luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas,
ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang
baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal
itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya.
Ada lima belas ciri penyimak ideal.
Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
1.
Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar
bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima.
Mentalnya stabil, pikiran jernih
2.
Berkonsentrasi
Penyimak
yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannya kepada bahan
simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi
simakan.
3.
Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai
motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan
menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatu, mau menguji tentang sesuatu
dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu,
pendorong, penggerak dalam menyimak.
4.
Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak
yang tidak berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat
siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu
memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
5.
Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak
yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak
menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang
disenangi saja.
6.
Menghargai pembicara
Penyimak yang baik ialah penyimak yang
menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang
disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan
pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai
pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
7.
Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih
bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan dan diingat.
Tidak semua bahan yang diterima ditelan mentah-mentah, tetapi dipilihnya
bagian–bagian yang bersifat inti.
8.
Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak
bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak
padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar
menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.
9.
Tidak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah
diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat
membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali
waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada
tugas semula, yakni menyimak.
10. Cepat menyesuaikan diri
Penyimak yang baik ialah penyimak yang
tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti
pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
11. Kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik selalu mengenal arah
pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung.
Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah
mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.
12. Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan
kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara,
memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya,
ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama
dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk,
mengacungkan jempol dan sebagainya.
13. Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap
sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman
penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak
selesai.
14. Mengevaluasi
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji,
mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima
dikaitkan atau dibandingkan dengan pengetahuan dan pengalamannya.
15. Merespon
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan
penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan
tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau
tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapan penyimak itu dapat
berwujud dalam bentuk mengangguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan
sesuatu, dan sebagainya.
2.6
Duga Daya Simak
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai,
mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia
tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat
dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disebut secara bebas
menjadi duga daya simak diri. Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan
pada diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Bila
semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai
daya simak. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai
daya simak yang rendah.
Berikut pertanyaan duga daya simak diri :
1. Siapkah
saya untuk menyimak? Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dan strategis
sehingga saya dapat melihat dan mendengarkan si pembicara? Terarahkah pandangan
saya kepada pembicara?
2. Berkonsentrasikah
saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan? Dapatkah menyingkirkan pikiran
lain pada saat ini?
3. Siapkah
saya memikirkan topik pembicaraan dan menghubungkannya dengan pengetahuan?
Siapkah saya mengenai hal itu?
4. Bersiapkah
saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?
5. Siapkah
saya memulai menyimak?
6. Pada
menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?
7. Dapatkah
saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?
8. Dapatkah
saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?
9. Dapatkah
saya manfaatkan petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama, yang
terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide dalam
pikiran saya?
10. Setelah
pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?
11. Sesuaikah
pengetahuan baru (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?Saya
pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat
mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara.
BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Tabel Hasil Analisis
No.
|
Ciri Penyimak Ideal
|
Taraf Menyimak
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Siap fisik dan mental
|
4
|
4
|
|||
2.
|
Konsentrasi
|
3
|
3
|
|||
3.
|
Motivasi
|
4
|
4
|
|||
4.
|
Objektif
|
4
|
4
|
|||
5.
|
Menyeluruh
|
2
|
2
|
|||
6.
|
Menghargai
|
3
|
3
|
|||
7.
|
Selektif
|
2
|
2
|
|||
8.
|
Sungguh-sungguh
|
4
|
4
|
|||
9.
|
Tidak mudah terpengaruh
|
1
|
1
|
|||
10.
|
Cepat menyesuaikan diri
|
3
|
3
|
|||
11.
|
Kenal arah
|
2
|
2
|
|||
12.
|
Kontak dengan pembicara
|
4
|
4
|
|||
13.
|
Merangkum
|
2
|
2
|
|||
14.
|
Mengevaluasi
|
2
|
2
|
|||
15.
|
Merespon
|
3
|
3
|
|||
Jumlah
|
1
|
10
|
12
|
20
|
43
|
Keterangan :
(1) = Kurang ( ≤ 25% )
(2) = Sedang ( ≤ 50% )
(3) = Baik ( ≤ 75% )
(4) = Sangat baik ( ≤ 100% )
3.2. Analisis Data
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa:
Jumlah keseluruhan = 43
Dengan
demikian,jumlah nilai saat menyimak yang ada pada diri saya adalah 43 poin dari nilai sempurna yaitu 60 poin.
Jumlah nilai saat saya menyimak =
43 = 0,71 = 71 %
Jumlah
nilai sempurna 60
|
Jumlah nilai saat saya menyimak = 43 =
0,71 = 71%
Jumlah nilai sempurna
60
Dengan
kata lain, saya mendapatkan level nilai B.
Nilai itu diperoleh dari salah
satu level nilai yang ada, yaitu A,B,C, dan D. Penilaian tersebut berdasarkan selisih 25
poin dari level tertinggi hingga level terendah.
Untuk mengetahui lebih jelas berada
pada level mana kemampuan menyimak pada diri saya, maka dapat dilihat pada able
berikut ini:
Level nilai kemampuan menyimak
Nilai
|
Kemampuan
|
A
|
≤ 100
|
B
|
≤ 75
|
C
|
≤ 50
|
D
|
≤ 25
|
Keterangan:
1) A (75-100%) berarti “Sangat Baik”
2) B (50-75%)
berarti “Baik”
3) C (25-50%)
berarti “Sedang”
4) D (0-25%)
berarti “Kurang”
3.3 Menghitung
Rata-rata
Jumlah Kemampuan = 43 = 0,72 = 72 %
60
|
B. Berdasarkan kelemahan
Jumlah Kelemahan = 17
= 0,28 = 28%
60
|
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kemampuan dan
Kelemahan Dalam Duga Daya Simak Diri
Berdasarkan
data tabel duga daya simak diri, maka dapat diketahui bahwa saya memiliki
kekuatan dengan urutan peringkat sebagai berikut:
1)
Sehat fisik dan mental
2)
Motivasi
3)
Objektif
4)
Sungguh-sungguh
5)
Kontak dengan pembicara
6)
Konsentrasi
7)
Menghargai
8)
Cepat menyesuaikan diri
9)
Merespon
Sedangkan urutan peringkat kelemahan
saya terletak pada:
1) Menyeluruh
2) Selektif
3) Kenal arah
4) Merangkum
5) Mengevaluasi
6) Tidak mudah terpengaruh
4.2 Perbaikan Diri
Untuk menjadi penyimak ideal diperlukan beberapa
kriteria dimana satu dengan yang lainnya harus saling mendukung. Kelemahan yang
paling dominan pada diri saya yaitu Menyeluruh, Selektif, Kenal arah, Merangkum, Mengevaluasi
dan Tidak mudah terpengaruh (mudah terpengaruh).
Setelah melakukan analisis terhadap tingkat dan
letak kelemahan saya dalam menyimak, maka yang dapat saya lakukan untuk
mengatasi kelemahan saya pada tingkat :
1. Menyeluruh
: Harus memperhatikan bahan pembicaraan ketika sedang menyimak dan sebisa
mungkin untuk fokus, agar apa yang disimak bisa dipahami secara menyeluruh.
Tidak terputus-putus.
2. Selektif
: Memilah-milah bagian mana yang harus diingat dan bagian mana saja yang hanya
untuk didengar.
3. Kenal
Arah : Selalu mencoba fokus akan alur pembicaraan yang sedang disimak.
4. Merangkum
: Harus mengetahui inti atau pokok pembicaraan yang sedang disimak dan dibahas
untuk nantinya dilanjutkan dengan tahap mengevaluasi.
5. Mengevaluasi
: Harus dapat menyimpulkan dan merangkum terlebih dahulu tentang bahan simakan,
baru kemudian saya dapat mengevaluasi bahan simakan tersebut dengan baik
6. Tidak
mudah terpengaruh : Meningkatkan konsentrasi pada sesuatu yang sedang disimak,
sehingga meminimalisir kemungkinan gangguan yang terjadi di sekitar saya pada
saat kegiatan menyimak.
Hal
terpenting yang harus digaris bawahi yaitu cara yang paling tepat untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang
ada adalah dengan terus berlatih
dalam kegiatan menyimak dimanapun saya berada.
4.3
Cara Meningkatkan Daya Simak
Menyimak sangat
fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh
kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian
besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh
melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang
dituntut terampil menyimak.
Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk
mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut adalah:
(1) simak-ulang ucap
(2) identifikasi kata kunci
(3) parafrase
(4) merangkum
(5) menjawab pertanyaan.
Menjadi pendengar atau penyimak
yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langkah terpenting
pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa menyimak seseorang
berbicara adalah suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan
berkomunikasi yang lain seperti: berbicara, menulis dan membaca.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat kita menyimak seseorang berbicara :
1. Mencoba
memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara
Seorang penyimak yang baik selalu mencoba untuk
memahami intisari dari suatu pesan. Jangan mendengar secara masuk telinga kanan
keluar telinga kiri atau sebaliknya. Dari pembicaraan yang panjang lebar, tentu
terdapat pokok pikirannya. Peganglah pokok pikiran itu, niscaya Anda tahu
maksud pembicara. Hal ini mungkin sulit dilakukan pertama kali. Karena itu,
kita memang perlu latihan berkonsentasi mendengarkan orang yang berbicara tanpa
melakukan hal lain yang mengganggu konsentrasi kita.
2. Hindari
gangguan dari lingkungan sekitar
Penyimak yang baik selalu mencoba untuk memfokuskan
diri pada pembicara. Mencoba mendengarkan pendapat teman ketika rapat sebagai
contoh, tanpa terpengaruh oleh sinyal SMS, dering telepon, orang yang berlalu
lalang, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk pembicaraan yang serius, faktor
lingkungan perlu diperhatikan.
3. Mencoba
untuk mengendalikan emosi
Penyimak yang baik selalu mencoba untuk mengesampingkan
emosi, sehingga ia dapat menerima pembicaraan dengan jernih. Penyimak yang baik
juga selalu mencoba untuk memahami pembicara tanpa membuat penilaian pribadi
atas pembicara. Memang kadang ada kata-kata yang keliru dari pembicara yang
perlu diluruskan. Namun pelurusannya pun harus dengan ilmu. Nasehat hendaknya
disampaikan setelah pembicara rampung berkata-kata. Itu pun disampaikan secara
empat mata tidak di depan audiens yang lain.
4. Membuat
catatan jelas dan singkat
Buatlah catatan kecil tanpa mengurangi konsentrasi
kita pada saat menyimak. Harap diingat kita tidak dapat mengerjakan dua tugas
sekaligus tanpa mengurangi keefektifan salah satu di antaranya. Jadi ini harus
dilakukan dengan ekstra konsentrasi.
5. Mencoba
untuk bersikap empati
Mencoba untuk menghargai posisi pembicara, sehingga
kita terhindar dari mendengar apa yang hanya mau kita dengar saja.
6. Memperhatikan
komunikasi non verbal
Tataplah lawan bicara, dan perhatikan bahasa tubuh
mereka. Seringkali terjadi pemahaman akan suatu informasi lebih bisa kita
pahami dengan memperhatikan raut muka dan gerak tubuh lawan bicara. Dan sebagai
penyimak, kita pun harus memperhatikan bahasa tubuh yang kita tampilkan,
seperti posisi duduk, raut muka, anggukan kepala dan sebagainya.
7. Mendengarkan
dengan selektif
Seringkali dalam suatu pembicaraan, pembicara
memberikan informasi-informasi yang penting. Kadang informasi tersebut
tersembunyi di dalam konteks pembicaraan. Kita diharapkan dapat memilah-milah
informasi tersebut untuk mendapatkan yang kita butuhkan.
8. Bertanya
pada tempatnya
Tunda dahulu pertanyaan dan gagasan yang ingin
disampaikan sampai pembicara selesai. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas
maksud pembicara.
9. Buatlah
kesimpulan atas apa yang menjadi inti pembicaraan
Dengan mencoba menangkap intisari pembicaraan
diharapkan kita dapat memahami permasalahan dengan kata kita sendiri. Cobalah
ramu kembali apa yang pembicara sampaikan dengan kata-kata sendiri. Ini akan
melatih untuk mengambil kesimpulan dengan baik.
10. Memberikan
umpan balik
Memberikan umpan balik kepada pembicara sehingga
dapat menjadi ukuran sejauh mana dapat memahami topik yang dibicarakan.
4.4 Mengatasi Kelemahan dalam Menyimak
Mengatasi
masalah kelemahan menyimak yang terdapat dalam diri, saya mencoba berusaha agar
lebih baik lagi dari sebelumnya. Berikut cara-cara yang saya tempuh agar dapat
memaksimalkan atau mengatasi kelemahan yang ada pada diri :
1.
Ketika mengikuti perkuliahan, saya harus terfokus pada
pembicara agar materi yang disampaikan bisa saya pahami secara menyeluruh.
2.
Saat saya mengikuti perkuliahan, sebisa mungkin saya
memilah-milah bagian mana yang harus saya simak kemudian saya ingat sebagai
inti pembahasan, dan bagian mana saja yang dijadikan sebagai pelengkap inti.
Artinya saya harus berlatih selektif dalam menyimak.
3.
Ketika mengikuti perkuliahan, saya mencoba mengikuti apa
yang hendak pembicara jelaskan. Mengenai apa dan dibawa kemana inti pembicaraan
tersebut. Dengan kata lain, saya belajar mengenal arah pembicaraan.
4.
Baik dalam diskusi di perkuliahan atau di luar perkuliahan
saya mencoba memahami keseluruhan pembahasan, agar nantinya saya dapat
merangkum mana yang dijadikan sebagai inti pembahasan yang menentukan topik apa
yang sedang dibahas untuk kemudian disampaikan kembali berupa informasi.
5.
Kegiatan mengevaluasi tentunya dilakukan setelah kita dapat
memahami dan merangkum terlebih dahulu. Agar bisa menilai mana simakan yang
bermanfaat dan mudah untuk diingat.
6.
Agar meminimalisir gangguan yang bisa menggagalkan saya
dalam menyimak, saya berusaha untuk acuh pada sekitar yang sekiranya dapat
mengalihkan perhatian saya dari bahan simakan. Sikap fokus terhadap apa yang
disimak penting untuk ditingkatkan agar tidak mudah terpengaruh.
Disadari atau tidak, upaya
tersebut setidaknya banyak meningkatkan
kemampuan saya sebagai penyimak ideal dalam kegiatan menyimak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan berbagai data diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa letak kekuatan saya dalam menyimak yaitu sikap fisik dan mental, motivasi,
objektif, sungguh-sungguh, kontak dengan pembicara, konsentrasi, menghargai,
cepat menyesuaikan diri, dan merespon.
Sedangkan letak kelemahan saya dalam menyimak yaitu
menyeluruh, selektif, kenal arah, merangkum, mengevaluasi, dan tidak mudah terpengaruh.
Berdasarkan level peringkat kemampuan menyimak, saya
terletak pada level B, artinya Baik dengan perolehan nilai 72.
4.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganggap perlu
menyampaikan saran, diantaranya adalah :
1. Penulis mengharapkan kepada pembaca
untuk lebih sering berlatih menyimak di mana pun berada. Memahami materi dalam
makalah ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari mata kuliah
Menyimak.
2. Penulis mengharapkan agar pembaca
lebih sering menyimak berbagai informasi untuk menambah wawasan dan skemata
yang dimiliki.
3. Penulis mengharapkan agar dalam
pembicaraan atau diskusi, pembaca tidak melihat siapa yang berbicara,melainkan
harus melihat dari sisi apa yang ia bicarakan.
4. Penulis mengharapkan agar pembaca
lebih sering berlatih untuk meningkatkan kemampuan menyimaknya. Dengan tujuan
agar menjadi penyimak ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan
, Henry Guntur. 1987. Menyimak Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan,
Henry G. 2008. Menyimak. Bandung :
Angkasa
kontennya bagus
ReplyDeletewichem