Intertekstualitas puisi “Catatan Jakarta” karya Hartoyo Andangjaya dengan puisi “Keterangan” karya Toto Sudarto Bahtiar
Oleh
: Puspa Indriana
Secara intertekstual puisi “Catatan Jakarta” Hartoyo andangjaya dalam beberapa hal menunjukkan
persamaannya dengan puisi “keterangan” Toto Sudarto Bahtiar. Ada gagasan dan
ungkapan Hartoyo yang dapat diruntut kembali dalam puisi Toto tersebut. Begitu
juga idenya. Meskipun dalam pengolahannya keduanya memiliki perbedaan satu sama
lainnya yang menyebabkan tiap-tiap puisi tersebut menunjukkan kepribadiannya
masing-masing dalam menanggapi masalah yang dihadapi.
Dalam analisis ini persamaan dan perbedaan antara
keduanya terdapat dalam struktur fisik dan struktur batin. Persamaan dalam
struktur fisiknya, antara lain : lambang benda, imaji penglihatan, imaji gerak,
bahasa figuratif (majas hiperbola), ritma, verifikasi, dan tipografi. Sedangkan
dalam struktur batinnya yang mempunyai persamaan, adalah tema dan perasaan juga
amanat. Perbedaan antara puisi tersebut hanya ada beberapa dalam struktur
fisik, yaitu : makna kias, lambang lainnya, dan dalam rima. Sedangkan dalam
struktur batinnya hanya pada nada dan suasananya saja, karena pada puisi
catatan Jakarta nada dan suasananya pada saat-saat kemerdekaan.
Di antara kedua puisi tersebut yang bisa dikatakan
menjadi hipogramnya adalah puisi “keterangan”. Karena kita dapat mengetahui
puisi tersebut menjadi hipogram yaitu dengan melihat tahun pembuatan puisi
tersebut. Sedangkan puisi “catatan jakarta” karya Hartoyo dikatakan puisi
transformasinya, karena puisi tersebut muncul setelah puisi Toto telah ada
sebelumnya.
CATATAN
JAKARTA
……………buat
mendiang ch. A.
Oleh:
hartoyo andang jaya
Di sini dulu kau jalan
Di lorong-lorong Jakarta, jantung tanah tercinta
Di sini dulu tanganmu memahatkan dalam baris syair
Bangsa muda lahir baru bisa berkata:
Merdeka-merdeka
Kita punya tanah air
Chairil, berjuta suara padamu memanggil
Disini dulu ketika kau jalan
Di hari-hari pertama kemerdekaan
Berjuta suara padamu memanggil
Ketika rakyat bangkit, tanah air dibebaskan
Ketika merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi bedil
Dan kini aku berada disini, di Jakarta
disini juga kau dengar suara
tapi kini ialah deru berjuta
rakyat yang brkerja
aku disini bersama mereka yang bekerja
dipanas matahari khatulistiwa bersama rakyat
aku memahat
puisi hitam coklat
puisi debu, batu dan keringat
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
segala yang berjalan, yang tumbang,yang tumbuh berkembang
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
di tanah tercinta suatu bangsa sedang berjuang
|
KETERANGAN
Oleh:
Toto
Sudarto Bahtiar
H.B. Jasin. Dimana berachirnja
mata seorang penjair?
Kau sudah lama sekali tahu,
kuburan dia
Hanjalah nisan kata-katanja
selama ini
Tentang mimpi, tentang dunia
sebelum kau tidur
Terkadang kalau dia mau
Tulisanja hanja nasib djari jang
lemah
Terkadang dia merasa aneh
Kalau anak bisa merasakan
kehilangan sesuatu
Seperti aku, dimana kata tak
tjukup buat berkata
Tertelungkup dibawah bakaran
lampu seharian bernjala
Terkadang djemu terus melihat
matahari
Pesiar, tanpa kawan berkedjaran
Tanpa merasa tahu tentang apa
Dia menjeret langkahnja
Sampai dimana dia akan tiba
Tapi dengan djari kakinja
ditulisnja sebuah sadjak
|
A. Persamaan pada puisi Catatan Jakarta dan Keterangan
1) Struktur
Fisik
a. Pemilihan
Kata Khas
a) Lambang
Lambang
|
Puisi
Catatan Jakarta
|
Puisi
Keterangan
|
Benda
|
·
mengawang di atas bunyi bedil
|
· bakaran lampu
|
Suasana
|
·
berjuta
suara padamu memanggil
|
-
|
Warna
|
·
puisi hitam coklat
|
-
|
Suara
|
·
Berjuta
suara padamu memanggil
·
Ketika
merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi bedil
|
-
|
Dalam
lambang, hanya ada lambang benda yang memiliki persamaan. Sedangkan lambang
lainnya, penyair menuangkan gagasannya masing-masing ke dalam karyanya. Ini
membuktikan bahwa puisi yang diduga sebagai hiporgam tidak sepenuhnya di
konvensi ke dalam puisi yang memiliki hubungan intertekstualitasnya.
b. Kata
Konkret
Catatan
Jakarta
|
Keterangan
|
Di sini dulu tanganmu memahatkan
|
Tetapi dengan djari kakinja ditulislah sebuah sajak
|
Di
dalam kata konkret, keduanya sama-sama menggunakan kata-kata yang mengacu pada
keadaan sedang membuat syair pada puisi Catatan Jakarta tertulis ”tanganmu
memahatkan” yang diartikan tangannya itu menulis baris syair. Sedangkan pada
puisi keterangan tertulis “djari kakinja”, pada kata itu bukan si penyair
menggunakan jari kakinya untuk menulis. tetapi, pada saat penyair membuat puisi
itu seperti dia menulis dengan jari kaki (tidak mudah). Sehingga tampak
persamaan ide dan apa yang disampaikan dalam puisi tersebut.
c. Imaji
a) Imaji
penglihatan
Catatan
Jakarta
|
Keterangan
|
“Di sini dulu kau jalan
Di lorong-lorong Jakarta, jantung tanah tercinta
Di sini dulu tanganmu memahatkan
dalam baris syair”
“aku disini bersama mereka yang bekerja
dipanas matahari khatulistiwa”
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
di tanah tercinta suatu bangsa sedang berjuang”
|
“Terkadang
djemu terus melihat matahari
Pesiar,
tanpa kawan berkedjaran”
|
Dalam bait puisi
catatan Jakarta diatas, kata “di sini dulu kau jalan” penyair mengartikan bahwa
dahulu dia berjalan di sepanjang jalan ibu kota. Dan dalam kata “ di sini dulu
tanganmu memahatkan” penyair mengartikan di sini dahulu tanganmu membuat baris
syair puisi. Pada kata “mereka yang bekerja” penyair mengartikan bahwa penyair
bersama rakyat yang bekerja. Dan pada kata “menyaksi” penyair mengartikan bahwa
dia melihat suatu bangsa yang sedang berjuang. Pada
puisi Keterangan kata “Terkadang djemu terus melihat matahari
Pesiar, tanpa kawan berkedjaran” penyair
mengartikan kebosanan dalam kesendirian.
b) Imaji
gerak
Catatan
Jakarta
|
Keterangan
|
“Di sini dulu kau jalan
Di lorong-lorong Jakarta, jantung tanah tercinta
Di sini dulu tanganmu memahatkan dalam baris syair”
“Dan kini aku berada disini, di Jakarta
disini juga kau dengar suara
tapi kini ialah deru berjuta
rakyat yang bekerja”
“aku disini bersama mereka yang bekerja
dipanas matahari khatulistiwa bersama rakyat
aku memahat
puisi hitam coklat
puisi debu, batu dan keringat”
|
“Tanpa
merasa tahu tentang apa
Dia
menjeret langkahnja
Sampai
dimana dia akan tiba
Tapi
dengan djari kakinja ditulisnja
sebuah sadjak”
|
d. Tipografi
Tipografi yang digunakan dalam kedua
puisi di bawah adalah dari kiri ke kanan, namun barisnya tidak beraturan dalam
perbaitnya.
Catatan Jakarta
……………buat
mendiang ch. A.
Di sini dulu kau jalan
Di lorong-lorong Jakarta, jantung tanah tercinta
Di sini dulu tanganmu memahatkan dalam baris syair
Bangsa muda lahir baru bisa berkata:
Merdeka-merdeka
Kita punya tanah air
Chairil, berjuta suara padamu memanggil
Disini dulu ketika kau jalan
Di hari-hari pertama kemerdekaan
Berjuta suara padamu memanggil
Ketika rakyat bangkit, tanah air dibebaskan
Ketika merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi
bedil
Dan kini aku berada disini, di Jakarta
disini juga kau dengar suara
tapi kini ialah deru berjuta
rakyat yang brkerja
aku disini bersama mereka yang bekerja
dipanas matahari khatulistiwa bersama rakyat
aku memahat
puisi hitam coklat
puisi debu, batu dan keringat
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
segala yang berjalan, yang tumbang,yang tumbuh
berkembang
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
di tanah tercinta suatu bangsa sedang berjuang
|
KETERANGAN
Oleh:
Toto
Sudarto Bahtiar
H.B. Jasin. Dimana berachirnja mata
seorang penjair?
Kau sudah lama sekali tahu, kuburan dia
Hanjalah nisan kata-katanja selama ini
Tentang mimpi, tentang dunia sebelum
kau tidur
Terkadang kalau dia mau
Tulisanja hanja nasib djari jang lemah
Terkadang dia merasa aneh
Kalau anak bisa merasakan kehilangan
sesuatu
Seperti aku, dimana kata tak tjukup
buat berkata
Tertelungkup dibawah bakaran lampu
seharian bernjala
Terkadang djemu terus melihat matahari
Pesiar, tanpa kawan berkedjaran
Tanpa merasa tahu tentang apa
Dia menjeret langkahnja
Sampai dimana dia akan tiba
Tapi dengan djari kakinja ditulisnja
sebuah sadjak
|
2) Struktur
Batin
a. Tema
Kedua puisi yang
diduga memiliki hubungan intertekstualitas ini memiliki kesamaan dalam temanya.
Hal ini ditunjukkan puisi “catatan jakarta” pada bait pertama bait ke 1 sampai
baris ke 4 yang memiliki tema kerinduan. Dan dalam puisi “keterangan” tema
ditunjukkan dalam bait pertama baris pertama yaitu yang memiliki makna sama
seperti puisi catatan Jakarta yang memiliki tema kerinduan kepada penyair yaitu
H.B. jassin.
b. Perasaan
Perasaan
yang diekspresikan Hartoyo dalam puisinya adalah kerinduan, telah di paparkan
pada bait pertama. Semua yang diungkapkan pengarang dalam bait tersebut
semuanya menggambarkan kesedihan dan kerinduan.
Demikian
juga, perasaan yang diekspresikan Toto sudarto bachtiar dalam puisinya. Ia pun
mengekspresikan perasaan kesedihan dan kerinduannya . Telah jelas dipaparkan
pada bait pertama baris pertama menunjukkan adanya kerinduan.
c. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan
penyair adalah jangan melupakan sosok penyair yang dahulu telah bekerja keras
untuk membuat baris syair.
B.
Perbedaan
pada puisi Catatan Jakarta dan Keterangan
1) Struktur
Fisik
a. Pemilihan
Kata Khas
a) Makna
Kias
Catatan Jakarta
|
Keterangan
|
aku memahat
puisi hitam coklat
puisi
debu, batu dan keringat
|
Hanjalah
nisan kata-katanja selama ini
Tentang
mimpi, tentang dunia sebelum kau tidur
|
Dalam kedua puisi diatas, jelas sekali
dipaparkan perbedaan yang nyata. Karena makna kias menunjukkan makna yang
diekspresikan pengarang lewat kata-katanya. Sedangkan dalam setiap puisi tentu
berbeda dalam pemilihan diksinya. Makna kias yang terdapat dalam puisi Catatan
Jakarta adalah perjuangan atau kerja keras dalam membuat karya-karyanya.
Sedangkan dalam puisi Keterangan memiliki
makna kias sebelum kau tidur. kata itu memiliki makna sebelum meninggalkan
dunia ini (meninggal).
b. Lambang
Lambang
|
Puisi Catatan Jakarta
|
Puisi Keterangan
|
Benda
|
·
mengawang di atas bunyi bedil
|
· bakaran lampu
|
Suasana
|
·
berjuta suara padamu memanggil
|
-
|
Warna
|
·
puisi hitam coklat
|
-
|
Suara
|
·
Berjuta
suara padamu memanggil
Ketika merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi
bedil
|
-
|
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa
dalam lambang hanya ada lambang benda yang memiliki persamaan seperti yang
telah dipaparkan diatas. Kemudian lambang lainnya yaitu lambang suasana dan
lambang warna, dan lambing suara pengarang mengekspresikan sesuai dengan
gagasannya masing-masing.
Lambang
|
Puisi
Catatan Jakarta
|
Puisi
Keterangan
|
Suasana
|
·
berjuta
suara padamu memanggil
|
-
|
Warna
|
·
puisi hitam coklat
|
-
|
Suara
|
·
Berjuta
suara padamu memanggil
Ketika merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi
bedil
|
-
|
Makna :
Ø Lambang Suasana
Berjuta
suara : suasana yang
sangat ramai
Ø Lambang Warna
Hitam
coklat : kerja keras
Ø Lambang Suara
Bunyi
bedil : suara tembakan pada masa-masa ketika merdeka
diserukan.
e. Bahasa
Figuratif
a) Majas
Hiperbola
Bahasa figuratif yang digunakan
pengarang adalah hiperbola. Terlihat dari kata dipanas matahari khatulistiwa yang memiliki arti siang hari yang
pada saat itu matahari tepat diatas kepala.
f. Verivikasi
a. Rima
Catatan Jakarta
……………buat
mendiang ch. A.
Di sini dulu kau jalan
Di lorong-lorong Jakarta, jantung tanah tercinta
Di sini dulu tanganmu memahatkan dalam baris syair
Bangsa muda lahir baru bisa berkata:
Merdeka-merdeka
Kita punya tanah air
Chairil, berjuta suara padamu memanggil
Disini dulu ketika kau jalan
Di hari-hari pertama kemerdekaan
Berjuta suara padamu memanggil
Ketika rakyat bangkit, tanah air dibebaskan
Ketika merdeka diserukan, mengawang di atas bunyi bedil
Dan kini aku berada disini, di Jakarta
disini juga kau dengar suara
tapi kini ialah deru berjuta
rakyat yang brkerja
aku disini bersama mereka yang bekerja
dipanas matahari khatulistiwa bersama rakyat
aku memahat
puisi hitam coklat
puisi debu, batu dan keringat
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
segala yang berjalan, yang tumbang,yang tumbuh berkembang
aku berada disini, bekerja dan menyaksi
di tanah tercinta suatu bangsa sedang berjuang
|
KETERANGAN
H.B. Jasin. Dimana berachirnja mata
seorang penjair?
Kau sudah lama sekali tahu, kuburan dia
Hanjalah nisan kata-katanja selama ini
Tentang mimpi, tentang dunia sebelum
kau tidur
Terkadang kalau dia mau
Tulisanja hanja nasib djari jang lemah
Terkadang dia merasa aneh
Kalau anak bisa merasakan kehilangan
sesuatu
Seperti aku, dimana kata tak tjukup
buat berkata
Tertelungkup dibawah bakaran lampu
seharian bernjala
Terkadang djemu terus melihat matahari
Pesiar, tanpa kawan berkedjaran
Tanpa merasa tahu tentang apa
Dia menjeret langkahnja
Sampai dimana dia akan tiba
Tapi dengan djari kakinja ditulisnja
sebuah sadjak
|
Rima yang digunakan
dalam puisi “Catatan Jakarta” pada bait pertama adalah a-b-c-a-a-c, pada bait pertama rima yang digunakan masih tidak
teratur. Pada bait kedua adalah a-b-b.
pada bait ketiga adalah a-b-b. pada
bait keempat adalah a-a-a-a, pada
bait kelima adalah a-b-b-b-b. dan
pada bait terakhir adalah a-b-a-b,pada
bait kedua sampai keenam rima yang digunakan mulai sedikit teratur .Sedangkan dalam puisi “Keterangan” rima yang
digunakan pada bait pertama adalah a-b-c-a,
pada bait pertama rima yang digunakan masih belum teratur. pada bait kedua adalah a-b-b-a. pada bait ketiga adalah a-a-b-c,. pada bait keempat adalah a-a-a-b. pada bait kelima adalah a-b-b-b-b. dan pada bait keenam adalah a-b-a-b, dan pada bait kedua sampai
bait keenam rima yang digunakannya mulai sedikit teratur.
Demikian
beberapa persamaan dan perbedaan dalam hubungan intertekstualitas antara puisi
“Catatan jakarta” karya Hartoyo Andangjaya dengan puisi “Keterangan” karya Toto
Sudarto Bachtiar.
Comments
Post a Comment