Materi Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
Modul
1
KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Kesehatan
Masyarakat
Ilmu Kesehatan Masyarakat, didefinisikan
oleh Winslow tahun 1920, adalah Ilmu dan kiat (art) untuk :
1) mencegah
penyakit,
2) memperpanjang
usia harapan hidup (UHH), dan
3) meningkatkan
kesehatan dan efisiensi masyarakat, melalui usaha masyarakat yang terorganisir
untuk :
(a) sanitasi (kesehatan) lingkungan,
(b) pengendalian penyakit menular
(c) pendidikan higiene perseorangan,
(d) mengorganisasikan pelayanan medis dan perawatan
agar dapat dilakukan diagnosis dini
dan pengobatan pencegahan, serta
(e) membangun mekanisme sosial,
sehingga setiap insan dapat menikmati standar
kehidupan yang
cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan.
Definisi ini
mengungkapkan tujuan kesehatan masyarakat, dan tujuan tersebut dapat dicapai
melalui usaha
masyarakat yang terorganisir, dimana salah satunya adalah usaha sanitasi
lingkungan atau
Kesehatan Lingkungan.
2. Definisi
Kesehatan
Definisi
Sehat, berdasarkan UU No. 36 tahun 2003, bab I, pasal 1 (amandemen UU No 23
tahun 1992) ialah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produknf secara sosial dan
ekonomis Sedangkan berdasarkan
organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah : health is defined as a state of
complete physical, mental, and social wellbeing and not merely the absence of
disease or infirmity.
Kedua
definisi kesehatan tersebut di atas memberi arti yang luas pada kata “sehat”.
Berdasarkan definisi tersebut, seseorang belum dianggap sehat sekalipun ia
tidak berpenyakit jiwa, tidak terganggu fisiknya dan beragama. Orang tersebut
masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Konsep Hendrik L.Blum (1984) :
status kesehatan masyarakat, ditentukan oleh 4 (empat) faktor dengan prosentase
kontribusinya masing2 sebagai berikut :
1) lingkungan
(45 %)
2) perilaku
kesehatan (30%)
3) pelayanan
kesehatan (20%) dan
4) keturunan/genetik
(5%).
Oleh
karena itu keadaan sosial seseorang dianggap perlu karena penyakit yang
diderita seseorang/ sekelompok masyarakat umumnya ditentukan sekali oleh
perilakunya atau keadaan sosial budayanya yang tidak sehat. Sebagai contoh,
kebiasaan merokok, minum minuman keras, akan mengakibatkan penyakit yang
berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Demikian pula halnya apabila
masyarakat tidak mempunyai perilaku yang menunjang kesehatan, misalnya
masyarakat yang tidak mempunyai kebiasaan mengatur menu/ gizi yang seimbang,
tidak biasa dengan kebersihan, tidak hidup di dalam rumah yang sehat, tidak
biasa mengamankan buangannya yang berbahaya, dan sebagainya.
3. Ruang
lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ruang
lingkup ilmu kesehatan masyarakat mencakup segala aspek, yaitu ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, yang mempengaruhi perilaku masyarakat,
sehingga membutuhkan kerja multidisiplin para ahli, seperti ahli kedokteran,
kesehatan, rekayasa, statistik, sosial, budaya, dan sebagainya.
Agar
usaha kesehatan masyarakat ini dapat terlaksana dengan efisien, maka masyarakat
perlu terorganisasi. Melalui organisasi masyarakat ini diharapkan akan dapat
dilaksanakan usaha-usaha kesehatan secara efektif dan efisien, karena sasaran
kesehatan masyarakat adalah masyarakat secara keseluruhan dan bukan individu
per individu. Agar masyarakat dapat meningkatkan kesehatannya paling sedikit diperlukan
enam usaha dasar yang dikenal dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai The Basic
Six atau Enam Usaha Dasar yang direkomendasikan oleh World Health Organization
(WHO) yaitu sebagai berikut :
1) Pemiliharaan
dokumen kesehatan,
2) Pendidikan
Kesehatan,
3) Kesehatan
Lingkungan,
4) Pemberantasan
Penyakit Menular
5) Kesejahteraan
Ibu dan Anak dan
6) Pelayanan
medis dan perawatan kesehatan.
Setiap
negara memiliki permasalahan kesehatan yang berbeda, oleh karena itu selain
basic six terdapat pula usaha yang khas dari masing-masing negara. Usaha
kesehatan masyarakat yang diselenggarakan di NKRI, selain basic six ditambah
pula dengan upaya-upaya lain yang dipandang perlu seperti tertuang didalam UU
No 36 tahun 2009 (amandemen UU No. 23 Tahun 1992) dalam Bab VI pasal 48, bahwa
upaya kesehatan dilaksanakan melalui 17 kegiatan yaitu :
1) pelayanan
kesehatan,
2) pelayanan
kesehatan tradisional,
3) peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit,
4) penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan,
5) kesehatan
reproduksi,
6) keluarga
berencana,
7) kesehatan
sekolah,
8) kesehatan
olah raga,
9) pelayanan
kesehatan pada bencana,
10) pelayanan
darah,
11) kesehatan
gigi dan mulut,
12) penanggulangan
gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran,
13) kesehatan
matra,
14) pengamanan
dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatanl,
15) pengamanan
makanan dan minuman,
16) pengamanan
zat adiktif, dan atau
17) bedah
mayat.
Upaya
kesehatan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan kerja
multidisiplin di bidang kesehatan, misalnya program untuk kesehatan lingkungan
memerlukan ahli rekayasa di bidang air bersih, iimbah, lingkungan kerja, udara
serta penyuluhan akan memerlukan penyuluh dan keikutsertaan tokoh masyarakat.
4. Peningkatan,
Pencegahan, Penyembuhan dan Pemulihan penyakit
Gangguan
kesehatan yang terjadi pada manusia dapat berupa penyakit menular maupun
penyakit tidak menular. Proses terjadinya penyakit pada manusia menurut DR.J.Gordon
ditentukan oleh 3 (tiga) komponen/ unsur utama, yaitu :
a. Host
(Penjamu),
b. Agent
(Penyebab penyakit) dan
c. Enviroment
(Lingkungan).
a.
Penjamu
Penjamu ditentukan antara lain oleh : jenis kelamin,
umur, ras, gizi, pekerjaan, status social ekonomi, pendidikan dsbnya.
b.
Penyebab
Penyebab dapat berupa organism hidup, baik yang
uniseluler (virus, bakteri, jamur, rickettsia, protozoa) maupun multiseluler
(cacing) yang berperan dalam terjadinya penyakit menular dan benda tidak hidup
(zat kimia, fisika) yang berperan dalam terjadinya penyakit tidak menular.
c.
Lingkungan
sedangkan
Lingkungan merupakan suatu keadaan yang “mengijinkan” keberadaan penyebab
tersebut Dengan demikian peran lingkungan sangat penting dalam mencegah
terjadinya penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung, yaitu
kontak langsung dari penderita ke penjamu berikutnya (interaksi antar manusia)
dan secara tidak langsung melalui suatu media, seperti air (water borne
disease), udara (air borne disease), tanah (soil borne disease), makanan (food
borne disease) dan melalui binatang yang berperan sebagai vektor mekanis
(lalat,kecoa) dan vektor biologis (nyamuk Anopheles, Aedes). Ketiga komponen
tersebut saling berinteraksi.
5. Kesehatan
lingkungan dan ekologi manusia.
Keadaan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Selanjutnya
kesehatan lingkungan erat hubungannya dengan taraf sosial ekonomi, oleh karena
itu untuk mengelola kualitas lingkungan ataupun kesehatan masyarakat perlu
dihayati hubungan lingkungan dengan manusia yaitu ekologi manusia.
Kemampuan
manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungannya tergantung
sekali pada taraf sosial budayanya. Adapun yang dimaksud dengan ekologi manusia
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia
(fisik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial)
secara keseluruhan dan bersifat sintetis. Hubungan ekologi manusia dengan usaha
kesehatan lingkungan dapat dianalogikan dengan hubungan antara ekologi dengan
pertanian, kehutanan, dan sebagainya. Pengaruh lingkungan terhadap gangguan
kesehatan berupa penyakit menular ataupun tidak menular sudah sejak lama
diperkirakan orang, misalnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria,
Keracunan dsbnya.
Modul
2
MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA
1. Manusia.
Manusia
dilahirkan dengan 46 pasang khromosom yang mengandung kurang lebih 30.000 gen.
Komposisi gen ini menentukan genotip dan fenotip (fisik/jenis kelamin) manusia.
Dari seluruh gen tersebut 90-55 % merupakan gen yang sama bagi seluruh umat
manusia, hanya 5-10% saja yang membedakan antar bangsa, suku, maupun individu.
Komposisi gen dapat berubah-ubah karena pengaruh berbagai faktor yang ada di
dalam lingkungan hidupnya, perubahan seperti itu disebut dengan mutasi. Suatu
proses mutasi dapat mengubah gen secara kualitatif maupun kuantitatif. Mutan
yang timbul akibat mutasi dapat bersifat unggul maupun lemah dari manusia yang
ada. Beberapa lingkungan yang dapat menimbulkan mutasi antara lain sinar-sinar
pengion, seperti sinar cosmos, air raksa, benzena, dan sebagainya. Perkembangan
fisik manusia berjalan sangat lambat, pertumbuhannya pun sangat lambat dan
terjadi dengan laju yang tidak merata. Pertumbuhan cepat terjadi pada waktu :
1) janin
dalam kandungan selama trimester pertama kehamilan
2) anak
usia 0 - 2 tahun, dan
3) usia
akil balig.
2. Perkembangan
budaya.
Proses
pendewasaan manusia yang lambat merupakan suatu keuntungan, karena orang tua
maupun masyarakat sekitarnya mempunyai kesempatan yang banyak untuk memberi
pelajaran mengenai adat, kebiasaan, norma, dan pengetahuan yang ada ataupun
mentransfer budayanya secara turun menurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Ibu jari dan otot-otot tangannya memungkinkan manusia melakukan
berbagai manipulasi benda-benda yang ada disekitarnya dan mata manusia mempunyai
kemampuan stereokopik yang memungkinkan manusia melihat benda dalam tiga
dimensi. Manusia seringkali tergantung
kepada orang tuanya hampir pada sepertiga usianya, sehingga perkembangan bentuk
fisik dan fungsi tubuh manusia sangat menunjang perkembangan budayanya.
3. Reaksi
manusia terhadap stimuli (rangsangan).
Manusia
dapat bereaksi terhadap berbagai jenis stimuli yang ada dalam lingkungannya.
Berdasarkan asalnya stimuli tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1)
stimuli yang berasal
dari dalam tubuh manusia sendiri (stimuli
endogenous) dan
2)
stimuli yang berasal
dari luar tubuh manusia (stimuli
exogenous).
Stimuli endogen
dapat berupa stimuli dari kadar-kadar hormon yang diproduksi kelenjar-kelenjar
hormon ataupun berbagai reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Stimuli exogen berasal dari luar tubuh,
misalnya keadaan temperatur udara yang tinggi akan menimbulkan reaksi tubuh
berupa mengeluarkan keringat, hal
tersebut merupakan usaha tubuh (proses penguapan) agar tidak terpengaruh oleh
perubahan lingkungan. Dalam proses selanjutnya ketika tubuh mengalami
kekurangan cairan, maka menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi biokimia (terjadi
stimuli endogen) dan manusia merasa haus
4. Respons manusia.
Reaksi
manusia terhadap stimuli disebut respon. Efek respon terhadap tubuh dapat
menguntungkan ataupun dapat merugikan, tergantung kepada dosis stimuli yang
diterima serta keadaan tubuh saat itu. Respon dapat dikelompokkan dalam tiga
katagori, yaitu :
1)
respon yang terjadi
secara otomatis, di bawah sadar (involuntary), seperti refleks-refleks, terjadi
reaksi fisika-kimia-biologi yang tidak dapat dikendalikan
2)
respon yang terjadi
secara sadar (voluntary), merupakan respons yang dilakukan atas kendali otak manusia
dan
3)
respon kombinasi
involuntary dan voluntary. Respons manusia terhadap stimuli terjadi karena
manusia ingin mempertahankan keadaan tubuhnya agar tetap normal. Respon
tersebut dimungkinkan terjadi karena manusia memiliki perangkat yang bekerja sebagai
mekanisme pertahanan tubuh. Perangkat tersebut berupa perangkat alam (daya
tahan natural) dalam bentuk fisik/ struktur (daya tahan struktural) dan fungsi
tubuh (daya tahan fungsional) dan perangkat budaya (daya tahan kultural) yang
diperoleh dari lingkungannya
5. Daya Tahan
Natural.
Dengan adanya stimuli, maka tubuh manusia mempunyai
daya tahan natural yang terdiri dari :
(1) daya tahan struktural dan
(2)
daya tahan fungsional.
Daya
tahan struktural merupakan daya tahan lapis pertama yang terdiri atas
tengkorak, kerangka yang berupa tulang-tulang yang memperkokoh, menunjang serta
melindungi bagian-bagian tubuh yang lunak dan penting, seperti : otak, jantung,
paru2, hati dan lain-lainnya. Sedangkan kulit dan selaput lendir membungkus
tubuh manusia sedemikian rupa, sehingga benda2 asing tidak mudah memasuki
tubuh.
Daya
tahan fungsional, merupakan daya tahan yang diperankan oleh faal/ fungsi alat2
didalam tubuh dalam rangka mempertahankan agar tubuh tetap berada dalam keadaan
normal (homeostatis). Fungsi tersebut mulai bekerja/ bergerak apabila daya
tahan lapis pertama tertembus karena sesuatu hal. Daya tahan tersebut berupa :
(1) refleks-refleks
untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh, seperti bersin, batuk, diare,
muntah, air mata, air liur dsbnya,
(2) pengaturan
temperature badan agar tetap suhunya, walaupun cuaca dingin atau panas,
(3) reaksi-reaksi
peradangan yang berusaha menghadang invasi (serangan) kuman, dan
(4) pembuatan
zat anti/ antibodies terhadap kuman penyakit secara spesifik
6. Daya Tahan
Kultural.
Ketika
berinteraksi dengan alam/lingkungan, manusia tidak cukup mengandalkan daya
tahun natural, karena banyaknya agent yang sintetik, mekanik ataupun listrik
yang tidak dapat lagi dikendalikan struktur dan fungsi biologis tubuh. Oleh
karena itu dibutuhkan daya tahan kultural, yaitu daya tahan yang diperoleh dari
perkembangan budayanya, seperti pembuatan pakaian untuk melindungi tubuh, rumah
untuk bernaung sampai pada pembuatan vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh,
seperti vaksin BCG untuk penyakit TBC, vaksin Tetanus, vaksin Campak, Polio dan
vaksin Hepatitis untuk mencegah penyakit radang hati dan lain-lainnya. Dengan
demikian, masyarakat diharapkan mengerti dan sadar untuk melindungi diri,
keluarga dan masyarakat sekitarnya dengan membiasakan diri berperilaku sehat.
7. Interaksi
manusia dengan lingkungan.
Secara
alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia bernapas dengan
udara disekitarnya, makanan dan minuman manusia diambil dari lingkungannya.
Demikian pula pakaian serta alat-alat yang dibutuhkan lainnya semua didapat
dari lingkungannya. Manusia juga membuang kembali gas serta sisa makanannya
kembali ke lingkungan. Oleh karena itu manusia bisa menjadi/ dapat sangat erat
atau kurang erat hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Perkembangan budaya
dan aktifitas manusia dapat menentukan kerusakan yang terjadi pada
lingkungannya
8. Pembagian
Lingkungan
Lingkungan
bagi manusia adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya, baik berupa benda
hidup ataupun benda tidak hidup, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya
interaksi diantara elemen-elemen alam tersebut.
Tergantung
kebutuhannya, lingkungan dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut :
a.
lingkungan hidup
(biotik) dan lingkungarn tidak hidup (abiotik),
b.
lingkungan alamiah dan
lingkungan buatan (manusia),
c.
lingkungan prenatal dan
postnatal,
d.
lingkungan biofisis dan
psikososial,
e.
lingkungan air
(hydrosfir), udara (atmosfir), tanah (litosfir), biologis (biosfir), dan
lingkungan sosial (sosiosfir), dan
f.
kombinasi dari
lingkungan-lingkungan tersebut.
Bagaimanapun
lingkungan ini dikelompokkan, pada prinsipnya lingkungan air, udara, tanah,
biologis, sosial, dan sebagainya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak
mempunyai batas yang nyata dan merupakan satu kesatuan ekosistem.
Modul
3
LINGKUNGAN PRENATAL
1. Lingkungan
Prenatal.
Lingkungan
prenatal adalah lingkungan manusia sebelum lahir (pre = sebelum, natal = lahir)
ataupun lingkungan pada saat manusia masih embrio/ janin yang ada dalam
kandungan ibu. Lingkungan prenatal terdiri atas beberapa bagian, yaitu sebagai berikut :
1) lingkungan
matro atau lingkungan ibu atau lingkungan postnatal dan
2) lingkungan
embrio/janin, yang dibagi lagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a.
lingkungan makro (tubuh ibu) dan
b.
lingkungan mikro (rahim ibu beserta isinya).
2. Lingkungan
Matro.
Lingkungan
matro adalah lingkungan ibu atau sama dengan lingkungan postnatal (sesudah
lahir). Didalam lingkungan postnatal terdapat banyak sekali faktor yang
berpengarah terhadap kesehatan janin, baik eugenik (menguntungkan) maupun
disgenik (merugikan). Faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan matro
terdiri atas elemen fisis, kimia, biologis, dan social.
3. Lingkungan
Makro
Lingkungan
makro untuk embrio/janin adalah tubuh ibu sendiri, baik struktur, fungsi,
maupun kualitasnya. Berbagai faktor pada tubuh ibu yang dapat mempengaruhi
kesehatan janin adalah sebagai berikut :
1)
usia ibu,
2)
paritas,
3)
golongan darah,
4)
keadaan gizi,
5)
penyakit yang diderita
ibu,
6)
obat-obatan dan zat
kimia,
7)
zat fisis, dan
8)
perilaku ibu.
4. Usia ibu
Usia
ibu yang mengandung sangat mempengaruhi kesehatan janin serta kualitas bayi
yang akan dilahirkan. Usia optimum/ideal untuk ibu mengandung/kehamilan adalah
sekitar 21 – 28 tahun. Data statistik menunjukkan bahwa semakin muda usia
seorang ibu hamil atau semakin lanjut usiany, maka resiko untuk terjadi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin semakin tinggi. Ibu yang berusia
kurang dari 18 tahun beresiko pada kematian balita 50 kali dari pada ibu yang
berusia 20 – 34 tahun, serta beresiko kematian ibu pada persalinan 3 kali lebih
besar. Demikian pula ibu hamil yang berusia lebih dari 40 tahun beresiko janin
mengalami kelainan gen, berupa mongolisme, yang mengakibatkan bayi mengalami
keterbelakangan mental
5. Paritas
Paritas
adalah angka yang menunjukkan jumlah dan status kehamilan yang pernah dialami
dari seorang ibu. Paritas dinyatakan/ ditulis seperti berikut : G..,P…,A…,
dimana G = gravid/kehamilan ke…,P = Partus/kelahiran ke… dan A =
abortus/keguguran ke…, Contoh : G5P4A0, artinya ibu hamil yang ke 5, melahirkan
4 kali dan belum pernah keguguran.
Data
statistik menunjukkan bahwa semakin besar angka gravid, maka semakin besar
kemungkinan melahirkan bayi dengan kondisi lemah dan kematian ibu bersalin.
Dalam hal paritas juga perlu diperhatikan interval waktu melahirkan antar bayi,
semakin intervalnya kurang dari 18 bulan, maka resiko kematian bayi menjadi 90
% lebih besar dibanding dengan interval waktu 24 – 48 bulan
6. Golongan Darah
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung dapat terjadi apabila seorang
ibu hamil memiliki golongan darah Rhesus (Rh) negatif dan ayah Rh positif. Rh
positif merupakan gen yang bersifat dominan, maka janin akan mempunyai Rh
positif. Dengan demikian tubuh ibu menganggap janin dengan Rh positif merupakan
antigen/benda asing, sehingga membuat zat anti terhadapnya dan
menghancurkannya. Pada kehamilan pertama zat anti yang diproduksi ibu belum
cukup kuat, tetapi pada kehamilan berikutnya, dimana zat anti sudah terbentuk
banyak, akan menyebabkan kematian dari janin yang dikandung.
7. Keadaan
Gizi
Gizi
pada ibu hamil perlu diperhatikan, untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ada salah satu cara sederhana untuk mengetahui status gizi seorang ibu hamil,
yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Seorang ibu hamil dinyatakan
mempunyai status gizi baik, apabila angka LILA minimal 23,5 Cm
8. Penyakit
Penyakit
yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan
dilahirkan. Penyakit ibu dapat berupa penyakit menular maupun tidak menular.
Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat bawaan, seperti
penyakit Rubella menyebabkan bayi lahir buta dan tuli, penyakit Syphilis
menyebabkan abortus dan cacat bawaan pada semua anggota tubuh bayi. Demikian
pula Toxoplasmosis sejenis mikrorganisme disebarkan oleh tinja kucing dapat
menyebabkan abortus atau hydrocephalus (kepala besar, berisi air). Sedangkan
penyakit tidak menular yang sering terjadi pada ibu hamil adalah tekanan darah
tinggi (preeclampsia,eksclamsia) yang menyebabkan kejang pada saat persalinan
maupun perdarahan sehingga mengancam kematian ibu maupun bayi yang dilahirkan.
Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolism karbohidrat,
bisa terjadi pada ibu hamil yang menyebabkan janin tumbuh tidak sesuai dengan
umur kehamilannya, sehingga menimbulkan bayi “Raksasa” ( Giant Baby) dan bayi harus dilahirkan sebelum
waktunya.
9. Obat dan
zat Kimia
Obat-obatan
dan zat kimia yang masuk dal;am tubuh ibu hamil dapat menimbulkan mutasi gen,
sehingga terjadi kelainan pada janin berupa kecacatan,Thalidomide yang
merupakan obat penenang dapat menimbulkan kecacatan berupa tidak tumbuhnya
lengan dan tungkai (phocomelia), tetapi obat tersebut sudah tidak
direkomendasikan lagi. Keracunan timah hitam (Pb) dalam bentuk organic sering
meningkatkan angka keguguran, lahir mati atau kelahiran bayi premature.
Keracunan Mercury (Hg) yang pernah terjadi di kepulauan Minamata dapat
menyebabkan cacat bawaan pada bayi
10. Lingkungan
Mikro
Lingkungan
mikro, terdiri dari otot otot rahim, plasenta, cairan amnion, janin lain pada
kehamilan kembar, dan sebagainya. Lingkungan mikro ini melindungi embrio (0-2
bulan) dan janin (3-9 bulan) dari berbagai faktor disgenik seperti tekanan
mekanis, bakteri patogen, dan sebagainya. Plasenta berbentuk diskoid
berdiameter antara 15-20 crn, tebalnya antara 2-3 cm, dan beratnya rata-rata
500 gram. Plasenta mempunyai dua fungsi utama, yaitu :
(1) membuat
hormon-hormon sehingga lapisan endometrium rahim tetap baik untuk perkembangan
embrio/janin dan
(2) segala
keperluan nutrisi anak diambil dari ibu dan disalurkan k3 anak melalui
plasenta.
Plasenta
juga berfungsi sebagai barrier terhadap berbagai zat dan fungsi ini tergantung
dari permeabilitas dan selektivitasnya. Permeabilitas ini ditentukan oleh jenis
plasenta., umur kandungan, berat molekul zat, dap aktivitas seleksi dan untuk
beberapa zat, plasenta melakukan fungsi selektivitas. Pengetahuan tentang mekanisme
transfer ini dipergunakan orang untuk menyalurkan antibodi dari ibu ke anak.
Cairan amnion adalah cairan yang berada di sekitar janin, yang berjumlah
sekitar 500 - 1000 ml pada kehamilan tua (a term). Asal-usul cairan in.; belum
dapat dipastikan, tetapi mungkin sekali berasal dari pembuluh darah ibu
(transudasi), sekresi sel-sel epitel dinding amnion, ataupun kombinasi itu
semua. Cairan ini ternyata mengalami pergantian secara konstan, 50% bagian air
(H20) cairan ini diganti setiap 90 menit. Cairan ini berfungsi antara lain
untuk bantalan terhadap tekanan-tekanan dan untuk pergerakan. Kehamilan kembar
dapat mempersempit ruangan yang diperlukan bagi pergerakan/perkembangan janin
terutama pada kembar lebih dari dua, sehingga bisa terjadi cacat pada salah
satu bayi karena faktor desakan.
Modul
4
LINGKUNGAN UDARA (ATMOSFIR)
1. Lingkungan
Udara (Atmosfir)
Atmosfir
adalah lingkungan udara, yaitu udara yang meliputi planet bumi ini. Atmosfir
terdiri dari beberapa lapisan yang terbentuk karena adanya interaksi antara
sinar matahari, gaya tarik bumi, rotasi bumi, dan permukaan bumi, yaitu sebagai
berikut :
Lapisan
|
Suhu ( ⁰C
)
|
Altitude (Km)
|
Unsur Kimia utama
|
Troposfir
|
15 – (-56)
|
0 – 11
|
N₂ ,O₂ ,CO₂
|
Stratosfir
|
(-56) – (-2)
|
11 – 50
|
H₂O
|
Mesosfir
|
(-2) – (-92)
|
50 – 85
|
O₂
|
Thermosfir
|
(-92) – 1200
|
85 – 500
|
O₂ O NO
|
2. Lapisan
Troposfir
Daerah
Troposfir ditandai oleh temperatur yang semakin rendah apabila ketinggian
bertambah, hal ini disebabkan oleh semakin jauhnya jarak dari permukaan bumi,
sehingga panas yang diradiasikan bumi semakin berkurang, selain itu kepadatan
udarapun semakin rendah. Udara di daerah ini relatif tercampur dengan baik dan
cepat (rapid vertical mixing) sehingga unsur-unsur kimia yang ada di dalamnya
relatif homogen dengan syarat udara tidak tercemar. Pada saat ini baik spesies
maupun kadar zat kimia sudah semakin bertambah yaitu meningkatnya zat-zat
penyebab efek gas rumah kaca (GRK) seperti C0₂, CFC, CH₃, NO, perfluoro carbon, dan carbon
tetra fluorida, sehingga temperatur lapisan ini akan meningkat ± 1.5 ⁰C
dalam seratus tahun mendatang yang dapat mengakibatkan perubahan curah hujan,
cuaca, banjir di daerah pesisir karena naiknya permukaan laut.
3. Lapisan
Stratosfir
Temperatur
udara pada lapisan ini semakin meningkat dengan meningkatnya altitude. Kenaikan
suhu ini disebabkan adanya lapisan Ozon atau ozonosfir yang ada dipertengahan
lapisan ini. Kadar ozon dapat mencapai 10 volume ppm. Ozon dapat mengabsorpsi
(menyerap) sebagian hesar sinar ultra violet (UV) dan secara tidak iangsung mengubahnya
menjadi panas. Lapisan ozon ini melindungi kehidupan di muka bumi dari radiasi
UV. Saat ini lapisan ozon di atas daerah Antartika telah menipis sampai dengan
90%, luas daerah yang menipis ini seluas negara Amerika Serikat dan dikenal
dengan sebutan lubang Ozon (Ozone Hole). Penyebab utama terjadinya lubang ozon
adalah Chloro-Fiuoro-Carbon (CFC) sintetis yang telah diproduksi pada tahun
1920 dan digunakan pada industri pada tahun 1930. Beberapa jenisnya antara lain
:
(1)
CFC12 (zat pendingin kulkas dan AC),
(2)
CFC11 (proses busa pada pembuatan busa), dan
(3)
CFC13 (pembersih peralatan elektronik), dan
(4)
kombinasi CFC11 dengan CFC 12 yang digunakan dalam aerosol.
Adapun proses terjadinya reaksi kimia
yang menyebabkan lubang Ozon adalah sebagai berikut :
CFC12 (CCl F ) + UV Cl
+ CClF , setelah 1-2 detik
Cl + O ClO
+ O , setelah 1 – 2 menit
ClO + O Cl + O
4. Lapisan
Mesosfir dan Lapisan Thermosfir
Suhu
udara di atas lapisan stratosfir menjadi semakin dingin dengan meningkatnya
altitud, lapisan ini dikenal dengan nama lapisan mesosfir. Penurunan suhu
disebabkan karena kadar ozon di dalarn lapisan ini menjadi semakin tipis, di
luar lapisan ini temperatur naik dengan cepat hingga mencapai suhu 1200 ⁰C,
karena terjadinya absorpsi sinar-sinar cosmos, lapisan ini disebut lapisan
Thermosfir.
5. Pengaruh
udara terhadap kesehatan
Kualitas
udara dibagi kedalam dua bagian yaitu :
(1)
udara bebas dan
(2)
udara tidak hebas.
Udara
bebas adalah udara yang secara alamiah ada di sekitar kita, pengaruh yang
ditimbulkan dapat berupa pengaruh langsung dan tidak langsung. sedangkan udara
tidak bebas adalah udara yang berada di dalam ruangan, bangunan-bangunan
seperti perumahan, sekolah, rumah sakit, sumur-sumur, tambang-tambang, dan
sebagainya.
Pengaruh
udara bebas secara tidak langsung merupakan pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat (menguntungkan), misalnya nitrogen di udara bebas dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pupuk urea dengan menggunakan proses Haber, pupuk urea
meningkatkan produksi pertanian sehingga kesejah-teraan masyarakat meningkat,
akibatnya secara tidak langsung dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pengaruh udara bebas yang langsung terjadi karena proses pernapasan dan kontak
seluruh anggota tubuhnya dengan udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat
ditentukan oleh komposisi kimia, biologis, maupun fisis dari udara tersebut.
6. Pengaruh
zat-zat kimia
Berbagai
jenis zat kimia dapat mencemari/mengotori udara, seperti : Sulfur dioksida (SO₂ ), ozon (O₃ ), Nitrogen oksida (NO) , Karbon
monoksida (CO), Hidrogen sulfide (H₂S),
hidrokarbon, partikulat, jelaga, dan sebagainya. Pengaruh SO₂,
SO₂
yang ada di udara berasal dari alam
(gunung berapi) maupun hasil pembakaran minyak, gas dan batu bara dari industri
maupun dari aktifitas manusia. Pengaruhnya terhadap kesehatan tergantung
konsentrasinya, bila konsentrasi SO₂
diudara mencapai 6 – 12 ppm akan diserap oleh selaput lender saluran pernapasan
bagian atas, yang menyebabkan spame/kontraksi otot polosnya, sehingga system
pernapasan terganggu (sesak napas). Bila pemaparan tersebut berulang, maka
dapat menyebabkan perubahan pada struktur sel2 permukaan (hyperplasia,
metaplasia) sebagai awal proses terjadinya kanker. SO₂ juga ketika berada di udara,
bereaksi dengan uap air (H₂O),
dan terbentuk asam sulfat (H₂SO₄) yang menyebabkan hujan asam.
Pengaruh
terhadap tanaman, daun2 (sayuran) menjadi berwarna kuning atau bercak2 putih
yang dapat menurunkan nilai ekonomi. Sedangkan pengaruh pada benda2 lain,asam
sulfat bersifat korosif, pengaruh terhadap hewan sama dengan kepada manusia.
Pengaruh NO, sebagai sumber utama (98%) keberadaan NO diudara adalah berasal
dari kendaraan bermotor. Pada konsentrasi 150 – 200 ppm, NO bersifat racun
(toksis) bagi manusia yang menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan
maupun paru2 (“Silo Filler disease”) sampai kematian ( pada konsentrasi 500
ppm).
Pengaruh
Karbon monoksida (CO), CO merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau,
sehingga sulit mendeteksi keberadaannya di udara. Sumber CO berasal dari proses
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan2 yang mengandung karbon, 80 % diduga
berasal dari asap kendaraan bermotor. Terdapat korelasi (hubungan) antara
kepadatan lalu lintas dan kecepatan angin dengan konsentrasi CO diudara.
Pengaruh kepada kesehatan, CO yang terhisap, didalam darah akan mengikat
hemoglobin (Hb), yaitu sejenis protein dalam sel darah merah yang berperan
mengikat/membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh yang diperlukan untuk
bekerjanya sel2 tubuh. Ikatan CO dengan Hb lebih kuat hingga 210 kali daripada
ikatan dengan oksigen, maka mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Pada
konsentrasi CO 250 ppm, menyebabkan sesak napas sampai pingsan dan pada
konsentrasi 750 ppm menyebabkan
kematian, Pengaruh H₂S
; H₂S
merupakan gas yang berbau seperti telur busuk, berasal dari gunung berapi
maupun hasil emisi industry kimia, minyak bumi/kilang. Pengaruh utamanya
terhadap kesehatan berupa kelumpuhan pusat pernapasan. Sedangkan pada bahan
metal/besi mengakibatkan korosif dan warna hitam pada benda2 lainnya.
Pengaruh
Partikulat ; Partikulat dapat berupa zat padat atau cair yang halus dan
tersuspensi di udara (embun,debu, fumes,fog). Debu berukuran 0,1 – 0,25 mikron,
sedangkan fumes adalah zat padat ( < 0,1 mikron) hasil kondensasi gas pada
proses penguapan logam cair. Pengaruh terhadap kesehatan terjadi apabila
partikulat tersebut dapat menembus bulu hidung, cilia trachea, bronchi dan
berakhir pada alveoli (jaringan paru2). Bentuk dan ukuran partikulat menentukan
mudah tidaknya partikulat masuk kedalam paru2. Bila ukurannya < 0,1 mikron
atau bentuknya menyerupai jarum ( diameter >0,1 mikron), maka akan mudah
memasuki paru2. Efek terhadap paru2 tergantung pada sifat kimia,fisika dan
biologis dari partikulat tersebut. Bila menimbulkan iritasi, maka akan
menyebabkan fibrosis yang disebut sebagai penyakit Pneumoconiasis (istilah
umum). Tergantung jenis zat kimia dari partikulat tersebut, bila berasal dari
debu silicon, disebut Silicosis, Asbestosis (debu asbes),Stannosis (debu
logam), Bysinosis (debu kapas) dan lain sebagainya.
7. Pengaruh
zat biologis
Zat-zat
biologis lebih sering ditemukan pada udara tidak bebas, walaupun udara bukan
tempat hidup alamiah dari mikroba. Mikroba dalam bentuk vegetative akan cepat
musnah diudara bebas, tetapi diantaranya ada yang bertahan dengan membentuk
spora2 atau yang berupa virus, jamur, telur cacing yang dapat menyebabkan
penyakit (air-borne diseases) seperti penyakit Dipteri, TBC, Pertusis,
Pnemonia, Parotitis, Varicella, Morbili, Influenza, Oxyuriasis, dan
Histoplasmosis.
8. Pengaruh
zat-zat fisis
Zat
fisis pengotor/pencemar udara yang
sering dijumpai adalah temperatur, kebisingan, sinar-sinar elektromagnetik, dan
sinar-sinar radioaktif. Temperatur udara yang tinggi dapat mencemari
lingkungan, karena temperatur tinggi dapat mengubah jenis biota air, yaitu dari
biota yang lebih suka air dingin beralih menjadi biota pada air hangat. Bising
adalah suara yang tidak dikehendaki atau yang merusak kesehatan (sistem pendengaran).
Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas ( NAB ) dapat mengganggu
pendengaran secara non permanen, maupun permanen, disamping juga membantu
konsentrasi pekerja di industry yang memerlukan ketelitian yang tinggi. Zat
radioaktif yang ada diudara berasal buangan reactor nuklir, sisa2 pembakaran
batu bara dan minyak bumi. Pengaruh terhadap kesehatan dapat menyebabkan
penyakit kanker darah, bayi lahir cacat dan katarak (kekeruhan lensa mata)
9. Prinsip
dasar pengelolaan kualitas udara
Agar
udara yang ada disekitar kita bersih, maka perlu dilakukan pengelolaan, yaitu ;
(1)
baku mutu kualitas udara (baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi),
(2)
mengetahui sumber-sumber pencemaran, dan
(3)
menggunakan alat-alat pembersih gas buang.
Modul
5
LINGKUNGAN AIR ( HIDROSFIR )
1. Lingkungan Air ( Hidrosfir )
Sebagian
besar (71%) permukaan bumi tertutup oleh air,
sehingga sangat berpengaruh terhadap iklim. Maka pada siang hari daratan
lebih cepat menjadi panas, bila dibandingkan dengan lautan dan sebaliknya pada
malam hari. Benda cair (lautan) lebih lambat menjadi panas, sedangkan benda
padat (daratan) lebih cepat menjadi panas. Total jumlah air didunia (data 1985)
sebanyak 1.362.000.000 Km kubik, distribusi terbanyak pada lautan
(1.323.000.000 Km kubik) dan sisanya tersebar pada sungai, danau, air tanah dan
lain sebagainya.
Jumlah
air yang ada di bumi relative konstan, karena terjadi siklus hidrologi. Air
mengalami penguapan, pada lautan, sungai, danau dsbnya terjadi proses
evaporasi, air yang terdapat pada tanaman/tumbuhan (transpirasi), pada manusia dan hewan
terjadi respirasi. Ke tiga proses penguapan tersebut memasuki atmosfir dan
berkumpul terbawa angin pada suatu tempat, menjadi awan (proses presipitasi)
yang pada waktunya jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Hujan yang
jatuh ke daratan akan mengalami pengaliran langsung (surface run off) sebagai
air permukaan, sebagian meresap kedalam
tanah (perkolasi) sebagai air tanah dangkal maupun dalam (artesis). Sedangkan
yang diterima tumbuhan akan diserap (infiltrasi). Seluruh peristiwa tersebut
terus kembali berulang sepanjang masa sebagai proses alami. Sesungguhnya proses
alami tersebut dapat membersihkan lingkungan air secara mandiri, tetapi apabila
udara (atmosfir) tercemar, maka air hujan yang jatuh kembali ke bumi juga
merupakan sumber air yang tercemar.
2. Sumber-sumber
air
Sumber-sumber
air yang bisa dipergunakan untuk aktifitas manusia :
(1) air permukaan (air sungai dan danau),
(2) air tanah (air tanah dangkal dan dalam), dan
(3) air angkasa (air air hujan).
Kualitas
sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam dan aktifitas
manusia yang ada disekitarnya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat
organik yang mudah terurai yang
merupakan makanan bagi bakteri. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih
dari segi mikrobiologi, tetapi kadar zat kimianya tergantung formasi tanah yang
dilalui pada waktu proses perkolasi. Kualitas air angkasa sangat tergantung
pada kualitas udara yang dilaluinya sewaktu turun ke bumi (hujan asam)
3. Sifat-sifat
Air
Air
merupakan satu-satunya zat yang berada dalam 3 fasenya di bumi, yaitu fase
padat (es), fase cair dan fase gas (udara). Bila fase padat berubah menjadi
fase cair, maka volumenya akan bertambah. Adapun sifat-sifat air yang penting
digolongkan dalam sifat fisis, kimia dan biologis. Secara fisis, air
didapatl:an dalam bentuk es, cair, dan bentuk gas. Secara fisis, bentuk
tersebut tergantung pada cuaca setempat. Kepadatan (density) air juga
tergantung pada temperatur dan tekanan barometris. Pada tekanan satu atmosfir
(atm), air mendidih pada 100 ⁰C,
karena tekanan uap (PV) di daerah tinggi lebih rendah dari satu atm, maka air
akan mendidih pada temperatur yang lebih rendah dari 1000C, sehingga air dapat
mendidih pada temperatur yang berbeda tergantung pada ketinggian tempat. Hal
ini penting dalam penyuluhan pemanfaatan air bersih.
Secara
kimiawi, air bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9
mg/1. Air merupakan pelarut yang universal dan air juga merupakan cairan
biologis, karena terdapat didalam tubuh semua organism. Secara biologis, dalam
perairan selalu didapat kehidupan fauna dan flora, henda hidup ini berpengaruh
timbal balik terhadap kualitas air. Didalam suatu lingkungan air, terdapat
berbagai benda hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di
perairan dapat dibagi kedalam organisme yang native dan yang tidak native bagi
lingkungan tersebut. Organisme yang native dalam badan air biasanya merupakan
organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak native
dapat berasal dari air iimbah, air hujan, debu, dan pengotoran lainnya. Setiap
jenis organisme di dalam perairan mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam
lingkungan tersebut dan membentuk ekosistem aquatik yang khas pula.
Setiap
perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada, oleh. karena itu
penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya dilakukan dengan
identifikasi spesies yang ada dan melihat apakah ada perubahan terhadap
spesies-spesies yang native dan apakah ada spesies yang tidak native bagi
lingkungan tersebut. Selain itu sering dinilai pula diversitas spesies-spesies
yang didapat. Diversitas adalah perbandingan antara jumlah spesies dengan
jumlah individu ( organisme ). Diversitas dipengaiuhi oleh temperatur, pH,
deras aliran, musim, dan sebagainya.
4. Manusia dan
air
Air dalam tubuh manusia berkisar antara
50-70% dari seluruh berat badan. Air terdapat diseluruh badan, di tulang
terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83 %.
Kehilangan air sampai 15 % dari berat badan dapat mengakibatkan kematian,
karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1.5 -2,0 liter air sehari,
kekurangan air dapat mengakibatkan batu pada ginjal dan kandung kemih, karena
terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Banyaknya
aktifitas manusia dalam kehidupan yang memerlukan air. maka akan permasalahan
kompetisi akan air, baik untuk kebutuhan akan air minum, industri, ataupun
irigasi, sehingga perlu pengaturan yang jelas agar pemanfaatan sumber daya air
dapat dikendalikan dengan baik.
Kompetisi ini dapat terjadi didasarkan atas jumlah (kuantitas) air yang
tersedia, fasilitas air dan pemanfaatan air yang dapat mengubah kualitas air.
Berdasarkan UU NKRI, Nomor 11 Tahun 1974 dan PP Nomor 22 Tahun 1982 mengatur
tentang pemanfaatan air beserta sumbernya, yang diprioritaskan bagi keperluan
air minum, rumah tangga, pertahanan-keamanan, peribadatan, dan keperluan
sosial, sedangkan irigasi, industri, ketenagaan, pertambangan, dan sebagainya
termasuk prioritas berikutnya. Dalam kenyataannya sektor pertanian merupakan
pengguna air terbesar. Sebetulnya kompetisi tidak perlu terjadi asal
pengelolaannya dilakukan secara integratif.
5. Pengaruh
air terhadap kesehatan
Pengaruh
air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
tidak langsung, adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air
yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Air yang
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, industri, irigasi, perikanan,
pertanian, rekreasi, dan sebagainya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, tetapi sebaliknya pengotoran badan air oleh berbagai zat kimia
dapat menurunkan kesejahieraan masyarakat. misalnya :
(1) adanya zat-zat pengikat oksigen,
(2) pupuk pertanian,
(3) material tersuspensi,
(4) ada zat-zat kimia penyebab masalah khusus, dan
(5) buangan panas industri besar.
Zat
pengikat oksigen; adalah zat kimia organik (Biochemical oxygen demand/BOD) yang banyak dimanfaatkan oleh mikroorganisme
sebagai makanan sumber energy dalam pertumbuhannya. Apabila BOD semakin tinggi,
maka oksigen terlarut akan habis (<3-5 mg/l), menyebabkan kehidupan ikan
punah yang selanjutnya akan tumbuh organism anaerob dengan hasil metabolismenya
menyebabkan bau/menurunkan estetika. Pupuk pertanian; pupuk buatan yang terdiri
dari elemen Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K) banyak dipergunakan untuk
pertanian dan perkebunan. Pupuk tersebut sebagian terbuang ke dalam perairan, maka
dapat mempercepat tumbuhnya tanaman air, sampai menutup permukaan air, sehingga
mengurangi cahaya masuk, oksigen terlarut semakin berkurang (anaerobic).
Material tersuspensi; baik yang padat maupun koloid menyebabkan air menjadi
keruh dan menjadi lumpur, sehingga kemudian akan mengurangi cahaya masuk. Pengaruh langsung ; terhadap kesehatan tergantung sekali pada
kualitas air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur ataupun
penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah
terlampaui. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas
penduduk yang tidak hariya meningkatkar. kebutuhan akan air tetapi juga
meningkatkan jumlah air buangan. Buangan-buangan inilah yang merupakan sumber
pengotoran perairan. Zat2 yang dapat mempengaruhi kesehatan secara langsung
adalah (1) zat-zat yang persisten (deterjen), yaitu zat2 kimia yang tidak dapat
terurai dalam jangka waktu lama (terakumulasi). Zat kimia tersebut kemudian
masuk dalam rantai makanan biota akuatik dan akhirnya masuk dalam tubuh
manusia (2) zat radioaktif, sering bila
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan efek pada kesehatan, yaitu masuk
dalam rantai makanan, dan (3) penyebab penyakit; dikelompokkan menjadi dua
bagian besar, yaitu (1) penyebab hidup (bakteri,virus,jamur,cacing) yang akan
menyebabkan penyakit menular, dan (2)
penyebab tidak hidup (zat kimia, antara lain : air raksa(Hg), Cadmium
(Cd),Cobalt (Co) ) yang menyebabkan penyakit tidak menular.
6. Peran air
dalam terjadinya penyakit menular
Peran air dalam terjadinya penyakit
menular adalah sebagai berikut : (1) sebagai penyebar mikroba pathogen, (2)
sebagai sarang insekta penyebar penyakit, (3) sebagai sarang hospes sementara
penyakit, (4) jumlah air yang tidak mencukupi untuk kebersihan setiap orang.
Peran air sebagai penyebar mikroba pathogen (penyakit) dinyatakan sebagi
penyakit bawaan air.
7. Air sebagai penyebar mikroba pathogen
Berbagai jenis mikroba pathogen (virus,bakter,protozoa
dan metazoan) bisa masuk kedalam sumber air (water borne). Penyakit tersebut
antara lain : a) Kholera (virus vibrio cholera), penyakit yang menyerang
saluran pencernaan (usus halus), dengan gejala utamanya muntah dan berak
(muntaber), sehingga menyebabkan penderita mengalami dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh) yang berat dan dalam waktu cepat, dapat menyebabkan kematian
dalam waktu singkat. b) Typhus Abdominalis, disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi, gejala utamanya panas yang terus menerus, kesadaran menurun. Penularan
terjadi dari orang ke orang atau lewat makanan/minuman yang terkontaminasi
bakteri tersebut.
Hepatitis A; dikenal sebagai Hepatitis
infeksiosa, disebabkan oleh virus Hepatitis A. Gejala utamanya demam akut,
mual, muntah, hati membengkak dan sklera mata dan kulit menjadi kuning (ikterus). Poliomyelitis
anterior acuta; disebabkan oleh virus Polio, menyebabkan kelumpuhan bila
mengenai anak-anak dan menimbulkan wabah. Amoebiasis; disebabkan oleh Entamoeba
Histolytica (protozoa), gejala utamanya tinja bercampur darah dan lender,
tetapi tidak menyebabkan dehidrasi, Bila tidak segera diobati dapat menimbulkan
komplikasi berupa abses hati, radang otak dan perforasi usus
8. Air sebagai
sarang insekta (vector) penyakit;
Air yang tergenang dapat berperan
sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit (vector). Didalam tubuh
insekta tersebut dapat mengandung berbagai jenis agent penyakit, dimana
insektanya dapat menderita penyakitnya atau tidak. Kedua kemungkinan insekta tersebut
dapat berperan sebagai vector. Beberapa jenis insekta yang berperan sebagai
vector dapat dilihat pada tabel berikut :
VEKTOR
|
PENYAKIT
|
AGENT
|
Culicines
:
C.
fatigans/pipiens
C.
Fatigans/pipiens
|
Encephalitis
Filariasis
|
Virus
encephalitis
Filaria
Bancrofti/Malayi
|
Aedes
:
A.
aegypti
A.
aegypty
|
Dengue
Dengue
Haemorrhagic fever
|
Virus
dengue
Virus
DHF
|
9. Air sebagai
sarang hospes sementara
Schistosomiasis dan Dracontiasis,
merupakan jenis cacing yang memilih air sebagai hospes (tempat hidup) sementara
dari perkembangan hidupnya. Larva cacing
Schistosomiasis masuk kedalam
tubuh manusia melalui kulit ke peredaran darah (pembuluh darah balik) dan
bersarang pada dinding usus atau kandung kencing. Jenis cacing ini banyak
ditemukan di benua Afrika dan Asia, sedangkan di Indonesia di danau Lindu
(Sulawesi Tengah). Cacing Dracontiasis, tidak ditemukan di peraiaran Indonesia
dan bila ada penderitanya merupakan penyakit impor dari Timur Tengah.
10. Peran air
dalam terjadinya penyakit tidak menular
Penyebab penyakit tidak menular yang
dapat disebarkan melalui air dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) zat2 kimia
(Hg, Cd, Co),dan (2) zat2 fisis. Gejala
keracunan air raksa (Hg), berupa sakit kepala,mudah lelah, lengan dan kaki
kebal, kesulitan menelan, penglihatan kabur, pendengaran berkurang dan bila
mengenai ibu hamil dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan
(penyakit Minamata). Bagi tubuh manusia, Cadmium (Cd) merupakan zat kimia yang
tidak dibutuhkan, sehingga dapat diabsorpsi dalam jumlah tidak terbatas, karena
tidak ada mekanisme tubuh yang membatasinya. Bila tubuh keracunan Cd, maka
terutama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Cobalt (Co) dipergunakan seniman sebagai
bahan pewarna porselin atau gelas. Co dalam jumlah tertentu merupakan zat kimia
esensial bagi tubuh, yaitu bersama vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel
darah merah. Bila konsentrasinya dalam tubuh mencapai 150 ppm, maka tubuh
mengalami keracunan, dengan gejala berupa gondok, gagal jantung pada anak2 dan lain
sebagainya
11. Pemanfaatan Sumber Daya Air.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan, manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian makin
bertambah jumlah penduduk semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air
dan semakin bertambah pula pengotoran terhadap badan-badan air. Sebagai
akibatnya sumber air tawar dan air bersih menjadi semakin langka, sehingga air
sudah menjadi benda ekonomis. Oleh karena itu
pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting. Pengelolaan sumber
daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik dalam pemanfaatan maupun
dalam pengelolaan kualitas. Integrasi ini tidak saia terbatas pada hidrosfir,
tetapi juga dengan atmosfir, lithosfir, biosfir, maupun sosiosfir. Penyediaan
air minum. Karena air merupakan kebutuhan utama masyarakat, dan air juga
sebagai media pembawa penyakit, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih
(PAB) bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air tersebut. Dengan
demikian diharapkan semakin banyak cakupan masyarakat menggunakan air bersih,
maka semakin turun morbiditas (angka kesakitan) penyakit bawaan air tersebut.
12. Kualitas air minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih,
tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak mengandung kuman patogen
maupun segala mahluk yang membahayakan
kesehatan manusia. Disamping itu air juga tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Atas dasar inilah dibuat suatu
standar air mtnum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi
berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minurn.
Standar, air minum harus memenuhi empat parameter yaitu : (1) parameter fisis,
(2) parameter kimiawi, (3)parameter biologis, dan (4)parameter radiologis. Di
Indonesia standar air minum telah mengalami beberapa kali perbaikan, yang
dimulai dibuat pada tahun 1975, tahun 1990 dan terakhir tahun 2002.
13. Parameter standar air minum
Parameter fisis ; meliputi bau, jumlah
zat padat terlarut ( Total Dissolved Solids/TDS), kekeruhan, rasa, suhu dan
warna. Parameter kimiawi; dikelompokkan menjadi kimia anorganik (air raksa,
aluminium, arsen, barium, besi, fluorida, cadmium, tembaga, khlorida, khromium,
cadmium, mangan, natritim, nitrat, nitrit, perak, selenium, seng, sianida, sulfat, sulfida,
timbal) dan kimia organik (aldrin, dieldrin, benzena, benzo a pyrene,
chlordane, chloroform, 2.4 D, DDT, detergen, dichloroetane, heptachioor, gamma
hexachloro benzena, methoxychlor, pentachiorbphenol, trichloropenol, zat
organik), PH air minum sebaiknya netral.
Parameter biologis yang dicantumkan dalam parameter bmikrobiologis
adalah Koliform tinja dan total
Koliform, merupakan indicator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit
(protozoa, metazoa, tungau), bakteri pathogen dan virus Parameter radiologi;
meliputi sinar alfa, beta dan gamma.
Perbedaan ketiga macam sinar radioaktif tersebut terletak pada kemampuan
menembus tubuh.
Sinar alpha sulit menembus kulit,
sehingga efek yang terjadi bersifat local, tetapi bila tertelan lewat minuman,
dapat merusak sel2 saluran pencernaan. Sinar beta, merupakan electron, sehingga
dapat menembus kulit dengan kedalaman tergantung aktifitasnya, sehingga yang
terjadi bisa lebih luas lagi. Sinar gamma (sinar X), menembus tubuh lebih dalam
lagi, dipergunakan untuk diagnostik (sinar Rontgen) maupun pengobatan untuk
mematikan sel2 kanker. Namun demikian dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan
kanker darah dan cacat bawaan pada janin didalam kandungan
14. Pengendalian kualitas hidrosfir
Jumlah (volume) air di bumi relative
tidak berubah (siklus hidrologi), tetapi dengan meningkatnya pemanfaatan air,
maka kualitasnya yang dapat berubah. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan
untuk menjaga air tetap berkualitas, yaitu : (1) penghematan dan konservasi,
(2) minimisasi pengotoran dan pencemaran, dan (3) maximisasi daur ulang dan
pemanfaatan kembali. Sedangkan pengendalian kualitas air meliputi : (1) standar
desain, (2) standar kinerja, dan (3) standar procedural. Standar disain adalah
standar yang menentukan jenis2 sistem yang dapat digunakan, ukuran,
karakteristik material dan peralatan yang dipakai. Misal ; system penyaluran
air limbah harus terpisah dengan air hujan, air permukaan yang dipakai air
minum harus harus diolah sebelum dimanfaatkan, air limbah domestic harus
melalui pengolahan tahap sekunder. Standar kinerja, terbagi dalam tiga standar,
yaitu : (1) standar stream/aliran, (2) standar efluen, dan (3) standar
penyisihan (removal). Standar stream untuk menunjukkan kualitas air yang ingin
dipertahankan. Standar efluen untuk menentukan batas2 zat2 apa yang buang
kedalam aliran air terbuka, sedangkan standar penyisihan untuk menentukan
prosentase suatu zat yang harus dihilangkan, missal menghilangkan 85% BOD dari
suatu air limbah.
15. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah penyakit bawaan air
dilakukan pengelolaan air minum dan air buangan secara terpadu, karena semakin
banyak PAM akan semakin banyak pula air buangannya. Air buangan adalah semua
air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.
Oleh karena sifat buangannya berbeda, mak air buangan dibagi menjadi dua bagian
yaitu :(1) air buangan industri dan (2) air buangan domestik.
16. Penilaian kualitas hidrosfir
Dengan berlakunya baku mutu untuk badan
air, air limbah, dan air minum, maka dapat dilakukan penilaian kualitas
hidrosfir untuk berbagai keperluan. Secara praktis untuk dapat melakukan
penilaian, diperlukan kemampuan memeriksa air, baik dilihat dari segi fisis,
kimiawi, biologis, maupun radiologis, yaitu (1) diperlukan prosedur standar
untuk pemeriksaan air, (2) diperlukan ahli dalam pemeriksaan air, dan (3)
diperlukan laboratorium beserta peralatannya. Hasil pemeriksaan ditertukan oleh
: (1) pengambilan sampel air, (2) jenis sampel, dan (3) frekuensi pengambilan
sampel.
17. Peran wanita
Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan
lingkungan air, mereka yang sangat berkepentingan dengan penyediaan air bersih
dan sanitasi perlu diikutsertakan, yaitu kaum wanita. Mereka yang mengurus
ketersediaan minuman, makanan, air untuk mandi, cuci, kakus, dan sebagainya.
Keberadaan sumber air bersih yang dapat diterima masyarakat akan sangat
membantu, mempermudah, dan mernperingan beban kehidupan masyarakat pada umumnya
dan kaum wanita pada knususnya,
Modul
6
LINGKUNGAN TANAH ( LITOSFIR )
1) Lingkungan Litosfir
Lingkungan litostlr adalah lingkungan
semua bagian bumi yang padat, mulai dari pusat bumi ( core ) sampai ke
permukaan. Pusat bumi ( core ) terdiri sebagian besar nikel dan hesi,
berdiameter kurang lebih 6900 km, bersuhu 3.000 - 4.000 ⁰C,
dan mempunyai 'tekanan barometris sebesar 3,5 juta atmosfir. Sebelah luar core
terdapat lapisan yang terdiri dari besi dan magnesium silikat, tebalnya sekitar
2.850 km, dan di sebelah luarnya lagi terdapat batuan yang terdiri dari silica
magnesium dan silika alumina yang merupakan dasar lautan dan daratan. Lapisan
teratas/terluar dari litosfir disebut dengan tanah ataupun lahan mencakup 29%
dari permukaan bumi. Sekalipun tanah merupakan bagian kecil dari litosfir,
tetapi sangat penting artinya bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat, sebagai
penunjang kehidupannya.
2) Struktur litosfir
Sekalipun benda padat, tetapi struktur
litosfir ber-ubah2 karena adanya gerakan lempengan2 bumi, aktivitas gunung api,
cuaca, erosi batuan, pengendapan flora dan fauna yang mati, pelapukan dan
lain2nya. Berdasarkan strukturnya litosfir merupakan reservoir mineral, air,
zat hara bagi tumbuhan, dan sobagainya. Kesemuanya itu sangat berpengaruh
terhadap perkembangan budaya manusia.
3) Tanah
Merupakan merupakan bagian yang paling
tipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap kehidupan sangat
besar. Tanah terdiri dari berbagai lapisan yang disebut horizon, yaitu (1)
horizon A (top soil), (2) horizon B (sub soil), (3) horizon C, yang
merupakanhasil pelapukan batuan dan (4) bedrock ( batuan-batuan).
4) Pengaruh litosfir terhadap kesehatan
Pengaruh litosfir terhadap kesehatan
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung litosfir
dapat mempengaruhi kesehatan, karena mengandung berbagai zat fisis, kimia, dan
biologis yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dalam bentuk penyakit
bawaan tanah (soil borne diseases) sedangkan tidak langsung akibat dari
pemanfaatan lahan khususnya, kesehatan lingkungan kelembagaan, persampahan,
kesehatan lingkungan kerja, dan radiologis.
5) Pengaruh langsung
Berupa penyakit bawaan tanah (soil borne
diseases), yang dapat berupa penyakit menular (bakteri, jamur, cacing) maupun
penyakit tidak menular (zat2 kimia) dan nama penyakit dan penyebabnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Nama
Penyakit
|
Peyebab/Agent
|
Penyakit
Menular
|
|
1.Tetanus
2.
Antrax
3.
Histoplasmosis
4.
Aspergillosis
5.
Oxyruriasis
6.
Ancylostomiasis
|
Bacteri : Clostridium tetani
Bacteri : Bacillus anthracis
Jamur
: Histoplasma capsulatum
Jamur : Aspergillus
Cacing : Enterobius vermiculasis
Cacing : Ancylostoma duodenale
Zat
Kimia : Cadmium (Cd)
Zat
Kimia : Flour (Fl)
|
Penyakit
Tidak Menular
|
|
1.
Itay-itay Biyo
2.
Fluorosis
|
Zat
Kimia : Cadmium (Cd)
Zat
Kimia : Flour (Fl)
|
6) Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung, terjadi sebagai
akibat pemanfaatan lahan yang dipergunakan untuk aktivitas/kegiatan manusia.
Adapun tata guna lahan dapat dikelompokkan, yaitu : (1) Untuk
kelembagaan/institusi (pemukiman, pendidikan & latihan, Rumah Sakit, Industri,
perhotelan dan angkutan darat), (2) Untuk pembuangan limbah padat
(persampahan), (3) Untuk radioaktivitas (penelitian,
diagnostic/pengobatan) Usaha kesehatan
lingkungan institusi/kelembagaan, populasi, bangunan dan fungsinya perlu
diperhatikan. Misalnya kualitas dan pemeliharaan bangunan pemukiman, lembaga
pendidikan dan latihan, limbah rumah sakit, kelaikan angkutan, peralatan hotel
dan motel dan lain sebagainya
7) Persampahan
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak
lagi dikehendaki oleh yang punya. Berdasarkan atas sifat2 biologis dan
kimianya, maka sampah dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) Sampah yang dapat
membusuk (garbage) : sisa2 makanan, daun dsnya (2) sampah yang tidak
dapat/sulit membusuk (refuse) : kertas, plastic,gelas, logam (3) sampah yang
berupa debu/abu dan (4) sampah yang berbahaya, mengandung zat kimia atau fisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas maupun kualitas sampah, yaitu : (1)
jumlah penduduk, pengelolaan sampah berpacu dengan laju pertambahan penduduk (2) keadaan sosial ekonbmi, semakin maju
sosek masyarakat , maka selain jumlah sampah per kapita bertambah juga kualitas
sampah yang tidak mudah membusuk semakin bertambah dan (3) kemajuan teknologi,
menjadikan pemakaian bahan baku dan cara
pengepakan semakin beragam.
8) Pengaruh sampah terhadap kesehatan
Dapat dikelompokkan menjdi efek yang
langsung maupun tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan
karena kontak langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun,
karsinogenik (penyebab kanker), teratogenik (mengganggu pertumbuhan janin dalam
kandungan) dan sampah yang mengandung kuman pathogen. Sedangkan efek yang tidak
langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan
pembuangan sampah. Terjadi dekomposisi secara aerobic, fakultatif sampai
anaerobic bila oksigen telah habis, sehingga menghasilkan cairan yang disebut
leachate ( mengandung zat kimia : Ca, Mg, Na, K, Fe, Cl, SO4, Zn, CO2, NH3,
H2S) yang berbahaya bagi tubuh. Efek tidak langsung lainnya (penyakit bawaan
sampah) adalah berupa sumber penyakit menular (dysentri, cholera,typhus
abdominalis, ascariasis) maupun tidak menular (keracunan logam berat, CO,H2S)
yang dapat disebarkan oleh vektor (lalat, kecoa,tikus).
9) Tehnik Pengelolaan dan pengolahan Sampah
Beberapa pendekatan dan teknologi
pengelolaan dan pengolahan sampah yang dapat dilaksanakan antara lain : (1)
Komposting, terutama untuk jenis garbage,
merupakan proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis
dengan produk akhir yang cukup stabil (mengandung C,N,P,K yang tinggi dan
koliform yang rendah) untuk digunakan pada pertanian, tanpa pengaruh yang
merugikan, (2) Incenerasi (pembakaran) : untuk jenis refuse, (3) Proses
lainnya, seperti untuk pembuatan kerajinan, dan lainsebaginya. Namun demikian
beberapa tehnik pengolahan sampah tersebut sering mengalami kegagalan. Oleh
karena itu dibutuhkan paradigm lain yang disebut “clean production” (produksi
bersih), yang berupa prinsip2 pengelolaan sampah dalam keseharian, yaitu :
prinsip 4 R; (1) Reduce (mengurangi), yaitu meminimalisasi barang atau material
yang dipergunakan, (2) Re-use (memakai kembali), yaitu memilih barang yang bisa
dipakai kembali dan menghindari pemakaian barang yang disposable (sekali
pakai), (3) Recycle (mendaur ulang), sedapat mungkin barang2 yang sudah tidak
berguna, bisa didaur ulang (plastic,kaca, logam, dsbnya), (4) Replace
(mengganti), yaitu mengganti barang2 yang dipakai se-hari2 dengan barang yang
lebih tahan lama.
Modul
7
LINGKUNGAN FLORA DAN FAUNA (BIOSFIR)
1) Biosfir (Ekosfir)
Biosfir, adalah lingkungan yang terdiri
atas flora dan fauna, terkecuali manusia. Batas biosfir ditentukan sampai pada
batas dimana tidak lagi terdapat benda hidup, yaitu kira2 5 mil diatas
permukaan laut dan beberapa mil kedalam laut. Kumpulan berbagai populasi
tumbuhan atau hewan di suatu daerah tertentu disebut komunitas dan interaksi
antar organism yang ada didalamnya dengan lingkungannya disebut ekosistem.
Seluruh ekosistem didunia ini berhubungan satu dengan lainnya, membentuk
ekosfir. Stabilitas suatu ekosistem dapat dipertahankan melalui tiga mekanisme
yaitu : (1) mengendalikan laju aliran energy yang melalui ekosistem, (2)
mengendalikan laju siklus kimia/materi di dalam ekosistem, (3) memelihara
diversitas ( jumlah spesies dibanding jumlah organism yang ditemukan) biota dan
hubungan rantai makanan.
2) Kekayaan alam Indonesia
Indonesia adalah Negara yang kaya akan
berbagai jenis fauna dan flora. Sekitar 17% dari species biota dunia ada di
Indonesia. Sebanyak 11% dari tumbuh2an berbunga, 12% mamalia, 15% amphibi dan
reptilian, 37% ikan dan 10% mikroorganisme dunia ada di Indonesia. Demikian
pula flora yang telah dimanfaatkan, terdapat 360 jenis sayuran, 70 jenis
umbi2an, 60 jenis tanaman penyegar, 50 jenis tanaman rempah dan 940 jenis
tanaman obat2an
3) Pengaruh Bisfir terhadap kesehatan
Pengaruh biosfir terhadap kesehatan
dapat terjadi secara tidak langsung dan secara langsung. Elemen biosfir dapat
sebagai sumber daya hayati yang secara
tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Misalnya : sebagai
bahan baku sandang, pangan, papan/perumahan, industry, obat2an dan lain2nya.
Semakin sejahtera manusia/masyarakat, diharapkan semakin meningkat derajat
kesehatannya. Sedangkan pengaruh langsung terhadap kesehatan oleh karena :
(1) biosfir sebagai sumber energi bagi
manusia, sering menjadi sumber permasalahan, seperti jumlah produksinya,
distribusi yang tidak merata diantaranya, sehingga ada daerah/Negara kelebihan
pasokan pangan, sementara daerah lain kekurangan pangan, (2) diantara elemen
biosfir yang secara langsung membahayakan kesehatan secara fisik, misalnya
harimau, beruang, ular dan lain sebaginya,(3) ada elemen biosfir sebagai
mikroorganisme yang pathogen (bakteri, virus, rikettsia, protozoa, fungi dan
metazoa), (4) berperan sebagai vektor (memindahkan bibit penyakit), seperti
nyamuk, kecoa, lalat, tikus), baik berupa vektor biologis (nyamuk : Aedes
agypti, Anopheles, tikus) maupun vektor mekanis (kecoa, lalat). Makanan selain
bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yang
pathogen. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu : (1) Keracunan makanan, (2) Penyakit bawaan makanan.
4) Keracunan makanan
Adalah keadaan yang menimbulkan gangguan
pencernaan atau gangguan tubuh lainnya (syaraf, ginjal) secara mendadak, yaitu
dalam waktu 2-40 jam setelah makan. Keracunan makanan bisa terjadi sebagai
akibat racun asli tanaman atau hewan atau racun akibat makanan/minuman
terkontaminasi mikroba atau zat kimia. Tanaman yang beracun mengandung HCN,
asam oxalate dan fluor organic adalah singkong gendruwo, caladium,
dieffenbachia, poinsettia/kastuba dan philodendron. Jamur pembentuk mycotoxin,
seperti aspergellus flavus, penicillium, fusarium. Algae : pyrrophyceae,
cyanophyceae, chrysophyceae. Jenis hewan : dinoflagelata, anemones, starfish,
sea eucumber (Invertebrata), balloon fishes, fugu fishes, hati hiu (vertebrata)
dan mammalia ( polar bear, hati anjing, singa laut)
5) Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit bawaan makanan adalah suatu
penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan suatu makanan yang
terkontaminasi mikroba pathogen (kecuali keracunan makanan) . Dengan demikian
pada hakekatnya penyakit bawaan makanan tidak dapat dipisahkan secara nyata
dari penyakit bawaan air. Contoh penyakit bawaan makanan ; (1) virus : diare,
hepatitis A, (2) bakteri : cholera, dysentri basiler, typhus abdominalis, TBC
usus, (3) protozoa : dysentri amoeba, (3) metazoan (cacing) : ascaris, oxyurasis,
trichinosis, trichuriasis, ancylostomiasis, taeniasis, dan lain-lainnya.
Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
tangan kotor, alat2 makan kotor, makanan mentah dan matang disimpan bersama,
sayuran/buah2an terkontaminasi, pengolah makanan penderita sakit dan lain2nya.
6) Hewan sebagai vektor penyakit
Vektor panyakit adalah hewan (serangga)
hidup yang tergolong arthropoda yang berperan sebagai penyebar penyakit.
Arthropoda adalah hewan yang seluruh badannya beruas-ruas yang dihubungkan
dengan sendi membentuk kaki,perut, dada dan kepala dan seluruh badannya
diliputi zat khitin. Hewan arthropoda memiliki 6 kelas dan 4 kelas diantaranya
penting bagi kesehatan, yaitu : arachnida, crustacean, pentasomida dan hexapoda.
Contoh vektor hexapoda antara lain : (1) nyamuk : Culex, anopheles dan aedes
(2) lalat : genus musca, (3) kutu :pedicullus, phthirus, (4) pinjal
:xenopsylla, ctenocephallus, (5) tungau. Penyakit bawaan vektor yang penting
diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut :
Nama penyakit
|
Agent
|
Vektor
|
Malaria
|
Plasmodium malariae
|
Anopheles sundaicus
|
Dengue Haemorrhagic fever
|
Virus
DHF
|
Aedes
agypti
|
Filariasis
|
Filariaria
bancrofti
|
Culex pipiens,
C.fatigus
|
Cholera
|
Vibrio cholera
|
Musca domestica
|
Dysentri
|
Shigella
|
Musca domestica
|
Typhus Abdominalis
|
Salmonella typhy
|
Musca domestica
|
Pest
|
Pasteurella
|
Xenopsylla cheopis
|
Cacing Pita
|
Dipyllidium caninum
|
Ct.canis
|
7) Pengendalian vector
Ada beberapa cara pengendalian vector
yang bisa dilakukan, yaitu : (1) kimiawi, (2) biologis, (3) rekayasa, dan (4)
terpadu. Pengendalian vektor secara kimiawi, sudah dikenal sejak lama, yaitu
dari penggunaan DDT yang bersifat persisten (tidak dipergunakan lagi) sampai
penggunaan insektisida yang mudah terurai. Kelemahan cara kimiawi, sering terjadi resistensi vector, biaya mahal dan bertambah banyaknya sarang2
nyamuk/ insekta baru akibat pertumbuhan
penduduk yang cepat. Pengendalian cara kimia dilakukan sebagai penunjang
pengendalian cara rekayasa, yaitu apabila terdapat kejadian luar biasa (KLB)
atau pada daerah dengan tingkat insekta yang tinggi. Pengendalian vektor secara biologis,
dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) memelihara musuh alaminya (pemangsa),
(2) mengurangi fertilitas (kesuburan) insekta, dilakukan dengan me radiasi
insekta janin sehingga steril, kemudian menyebarkannya diantara insekta betina
( mahal dan tidak efisien). Pengendalian vektor secara rekayasa, pengendalian
dengan cara ini, ditujukan untuk mengurangi sarang insekta (breeding places)
dengan melakukan manipulasi (meningkatkan salinitas air) dan modifikasi
lingkungan dengan cara memperbaiki kualitas lingkungan (penimbunan genangan
air, pengeringan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara/akhir (TPS/TPA).
Pengendalian vektor secara terpadu, strategi ini dilaksanakan atas dasar
ekologi vector, sehingga dapat diketahui karakteristik habitat, usia hidup,
probabilitas (kemungkinan) terjadi infeksi pada vector dan manusia. Bentuk
kegiatan pengendalian secara terpadu adalah dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat, kerjasama lintas sektoral mapun program dan lain sebaginya.
Modul
8
LINGKUNGAN INTERAKSI ANTAR MANUSIA (SOSIOSFIR)
1) Sosiosfir dan kesehatan
Sosiosfir adalah lingkungan yang
tercipta akibat terjadinya interaksi antar manusia secara nalar (rasional),
yang menyebabkan tersalurkannya budaya dari orang ke orang atau dari generasi
ke generasi berikutnya. Atas dasar tersebut masyarakat menentukan berbagai nilai/
norma sebagai pegangaan/ acuan untuk bersosialisasi. Lingkungan social
merupakan lingkungan yang paling penting dalam menentukan kesehatan lingkungan.
Seperti diketahui, kejadian penyakit disebabkan oleh unsur fisis, kimiawi dan
biologi, tetapi unsur2 tersebut keberadaannya ditentukan oleh perilaku
manusianya. Dengan demikian, apabila ada manusia sakit/ terganggu kesehatannya,
berarti bahwa perilaku dan dan budaya manusia/ masyarakatnya yang “mengizinkan”
ia menjadi sakit. Sehingga kejadian penyakit di masyarakat dapat digunakan
untuk menilai taraf perilaku dan budaya masyarakatnya.
2) Demografi dan kesehatan lingkungan
Demografi adalah ilmu yang mempelajari
statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi dan perubahan2nya
sepanjang masa. Ada lima komponen demografi, yaitu : (1) kelahiran
(fertilitas), (2) kematian (mortalitas), (3) perkawinan, (4) migrasi dan (5)
mobilitas social. Juga dipelajari, jumlah penduduk dan distribusinya menurut
jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan laju pertambahan
penduduk.
3) Parameter sosiosfir
Parameter yang dipergunakan untuk
mengukur kualitas masyarakat antara lain adalah : (1) Crude Birth Rate (CBR),
adalah angka kelahiran kasar, (2) Infant Mortality Rate (IMR), adalah angka
kematian bayi (AKB), (3) Taraf pendidikan; Angka Melek Huruf (AMH), Rata2 Lama
Sekolah (RLS), (4) Produk Domestik Bruto (PDB), (5) Produk Nasional Bruto
(PNB), (6) Beban Tanggungan (dependency ratio). Parameter tersebut masing2
dapat memberi gambaran indikasi kualitas suatu keadaan, misalnya CDR member
informasi akan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit, gizi dan sebagainya.
Sedangkan IMR mengindikasikan kualitas lingkungan tempat tinggal bayi, air
bersih, sanitasi, gizi, kesejahteraan ibu dan lain2nya. Semakin tinggi CDR dan
IMR, maka semakin rendah angka harapan hidup (AHH) masyarakat dan sebaliknya.
Oleh karena itu perlu berbagai upaya untuk menekan/menurunkan CBR dan IMR
tersebut
4) Penyakit Bawaan Sosiosfir
Lingkungan sosial (Sosiofir) sangat
berpengaruh terhadap penularan, penyebaran dan “pelestarian” agent didalam
lingkungan, akibat dari perilaku masyarakat. Penyakit menular dapat terjadi :
(1) secara langsung dari orang ke orang, antara lain : penyakit kelamin,
penyakit kulit, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan dan lain2nya, (2)
melalui media air, udara, tanah, makanan dan vektor. Sedangkan budaya atau gaya
hidup sering dikaitkan dengan kejadian penyakit tidak menular, seperti penyakit
jantung, hypertensi, Diabetes Mellitus, Hypercholesterolemia, kanker dan
lain2nya.
5) Pengelolaan Sosiosfir
Lingkungan sosial perlu dikelola dengan
pendekatan2 antara lain : (1) pedekatan administratif, (2) pendidikan formal
dan tidak formal, (3) pelayanan, (4) integrasi. Pendekatan administrative,
berupa Undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat edaran yang
jelas dan lain2nya, sehingga masyarakat mengerti dan mendukungya. Pendidikan
masyarakat baik yang formal maupun tidak formal penting dilakukan dengan tujuan
memberi pemahaman dan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku
sehat. Selain dari itu diperlukan juga pendekatan penunjang, yaitu pelayanan
kepada masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam, misalnya
penyediaan prasarana dan sarananya.
Pendekatan yang paling efektif
dan efisien adalah dengan mengintegrasikan semua pendekatan tersebut secara
komprehensif dan koordinatif
Comments
Post a Comment