Inikah potret kehidupan guru?...
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya
manusia untuk menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru
dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi
peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah
satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang.
Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya,
bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya.
Menjadi seorang guru dituntut akan adanya
profesionalisme. Berarti, bersikap profesional adalah menjadi ahli dalam
bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan
pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena
menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut
persoalan mutu yang ada dalam diri.
Namun kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru
seperti pilihan profesi terakhir. Kenapa? Karena kurang dapat dipercaya. Maksudnya jika dipikir dengan realita, banyak
guru yang tidak sejahtera dikarenakan kenyataan upah atau gaji yang diberikan
sangatlah kecil. Hal ini menyebabkan para guru itu tidak sejahtera, terlebih
ada yang berada dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru jaman sekarang ada yang
dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator
sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan
guru adalah mata rantai dan pilar peradaban serta benang merah bagi proses
perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.
Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru
bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang
biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class
dibandingkan guru. Jika ingin memposisikan profesi guru setara dengan profesi
lainnya, mulai ditunjukkan bahwa profesi guru strata atau derajat yang
tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu mendasarnya peran
guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.
Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang
pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara
maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi.
Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam
perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya, Hiroshima dan
Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah
ribuan orang tewas dan kacaunya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir
cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu
keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup…?
Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang
terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua
perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu
dihormati dinegeri tersebut.
Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan keadaan
yang ada dinegeri ini. Kenapa? Karena, faktanya
guru yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa memang benar-benar
jasanya kurang dihargai. Walaupun demikian, seorang guru tetap dituntut harus
mempunyai sikap profesional dalam profesinya.
Bagi
seorang guru yang bersungguh-sungguh dalam
mengajar, hal yang paling menentukan
bukanlah gaji. Meski, gaji yang tidak mencukupi kebutuhan dasar memang dapat
mengganggu ketenangan dan totalitas mengajar. Namun, pertambahan gaji yang
tidak diiringi oleh kuatnya komitmen sebagai guru tidak cukup memadai untuk
membuat seorang guru mengajar dengan totalitas. Menjadi manusia guru, itulah
tugas dan panggilan tertinggi seorang manusia. Sejarah mengajarkan kepada kita
bahwa hanya segelintir orang yang mampu membawa dirinya sampai ketahap itu, memiliki
rasa pengabdian kepada masyarakat. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki
peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk itulah
guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat khususnya dalam
membelajarkan anak didik. Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat mencerdaskan anak didik.
Comments
Post a Comment